Rabu, 22 Juli 2015

Makan Sambil

Lebaran adalah waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Bersilaturahim dan makan bersama. Setidaknya itulah budaya kami sebagai bagian dari masyarakat Nusantara.

Seperti biasa, Ibuku membuat lontong dan memasak opor ayam.

“Mari kita makan!” pekik ayahku.

Kami mulai menyantap hidangan. Tiba-tiba adikku Sadewa menaruh piringnya di atas karpet depan TV. Ia tengkurap dan dengan lahap menyantap makanan sambil menonton TV.

“Jangan telentang begitu!” teriak ibu melarang Sadewa.

“Capek, Bu. Sambil nonton TV ini lho,” balas Sadewa.

“Makan sambil tengkurap, seperti ular itu!” hardik ibu.

“Lha, Mas Adit dan ayah makan sambil duduk, seperti monyet itu,” jawab Sadewa tak mau kalah.


Jember, 22 Juli 2015

Penindasan

“Kita harus melawan penindasan! Setuju?!” teriak pembicara.

“Setuju!” balas forum. Aku tak ikut teriak setuju. Perlu kiranya aku bertanya dulu.

“Bagi yang ingin bertanya silakan angkat tangan,” pinta pembicara.

Aku pun mengangkat tangan. Pembicara sepertinya tak mengindahkanku.

“Oke, kalau tidak ada pertanyaan langsung saya lanjutkan diskusinya.”

Aku pun semakin meninggikan tanganku. Tiba-tiba, seseorang di sebelahku ikut mengangkat tangan.

“Silakan, Mas.”

“Saya mau tanya kenapa orang di samping saya angkat tangan tidak diberi kesempatan bertanya?” tanyanya sambil menunjukku.

Semua orang menatapku.

“Maaf,” kata pembicara. Ia menyilakanku.

“Saya mau tanya, bolehkah kita melawan penindasan dengan cara menindas seperti yang dilakukan pembicara barusan?”

Jember, 6 Juli 2015

Hati-Hati Perutmu Kaget

Di bulan Ramadhan ini, aku nonkrong bersama teman-temanku setelah kami shalat terawih dan terkadang tadarus di masjid kampus.

Seorang temanku, Samsul datang ketika kami semua tengah berkumpul. Ia membawa bungkusan yang kutaksir berisi makanan.

“Makanan, makanan. Pizza nih,” kata Samsul.

Kami langsung berebut makanan bak orang kelaparan. Aku tak ketinggalan.

“Dit, ini makanan mahal buat orang kaya. Hati-hati perutmu kaget,” kata Samsul padaku.

Waktu sahur pun tiba. Masjid kampus kami membagikan nasi bungkus untuk warga sekitar. Kami semua pun pergi ke Masjid. Aku melihat Samsul turut.

“Sul, ini makanan murah buat orang miskin. Hati-hati perutmu kaget,” kataku.

Kami semua pun tertawa.


Surabaya, 28 Juni 2015

Anak Kecil Juga Bisa

Baru saja bangun tidur, sore ini aku menunggu adzan maghrib dengan bermain games sambil sesekali membaca buku berbaring di kamar kos. Akhir pekan dan puasa memang bukan perpaduan yang pas untuk anak kos yang cepat bosan sepertiku. Tiba-tiba, pintu kamarku digedor begitu keras. Pintu terbuka, masuklah seorang kawanku.

“Waduh! Bangun tidur ya?” tanya temanku itu.

“Iya. Mumpung libur, melunasi utang tidur yang kemarin lah,” jawabku sambil tertawa.

“Enak sekali kamu tidur begitu. Kalau puasa dihabiskan dengan tidur, anak kecil juga bisa,” seloroh temanku itu.

“Lalu apa yang kamu harapkan? Mengaji? Kalau puasa dihabiskan dengan mengaji, anak kecil juga bisa,” balasku.


Surabaya, 28 Juni 2015

Senin, 13 Juli 2015

Kenapa Legenda Harus Pergi (Terusir)?


Dalam dua hari terakhir, berita mengenai kepergian Casillas ke Porto menjadi sajian yang berseliweran di mata saya. Ramai betul media daring sepak bola mewartakan kepergian Saint Iker itu. Berbagai pemain entah yang pernah satu tim maupun tidak dengan Casillas angkat bicara. Sampai-sampai ibu Casillas juga ikut berkomentar lho.