Selasa, 07 April 2015

Kalah Lagi, Manchester City Makin Kacau


Senin (7/4) dinihari WIB tadi, Manchester City melawat ke kandang Crystal Palace dalam lanjutan Liga Primer Inggris. Pada pertandingan matchday ke-31 ini, pasukan Manchester Biru tengah berada dalam tekanan besar karena tim penghuni empat besar lainnya telah berhasil meraup poin penuh sehingga sanggup mengkudeta posisi City.

Hasilnya sangat mengecewakan bagi Sang Juara Bertahan ini. Anak asuh Manuel Pellegrini ini harus rela pulang tanpa poin setelah dipaksa menelan pil pahit oleh anak asuh Alan Pardew dengan skor 2-1 di Selhurst Park. Gol-gol Crystal Palace yang dicetak oleh Murray dan Puncheon hanya bisa dibalas oleh gol Yaya Toure.

City pun gagal untuk mendapatkan posisi runner-up kembali yang kini dihuni oleh Arsenal. Untuk sementara klub bermarkas di Etihad Stadium ini harus puas berada di posisi empat klasement sementara.

Hasil ini sekaligus memperpanjang daftar kekalahan tandang The Citizens, karena ini merupakan kekalahan ketiga berturut-turut di laga tandang City. Lebih menyedihkan lagi, Kompany dkk hanya berhasil memenangi dua pertandingan dari lima pertandingan terakhir di Liga Primer. Hasil yang sangat tidak pantas bagi sebuah klub yang berambisi untuk menjuarai kembali Liga Primer.

Dengan hasil ini City tentu makin kerepotan untuk mengharap gelar juara kembali ada di kubu mereka. Pasalnya Chelsea yang tengah berada di puncak klasemen sementara punya selisih sembilan poin dengan City. Apalagi Chelsea punya satu tabungan laga sehingga punya peluang untuk memperlebar jarak. Belum lagi, Arsenal dan Manchester United yang berhasil membuat City turun peringkat. Konsisten memenangi laga dan menyapu bersih tujuh pertandingan tersisa tak cukup bagi City untuk juara. Karena bukan tidak mungkin tim-tim yang ada di atasnya juga punya semangat untuk menyapu bersih laga-laga yang tersisa. Ingat, Chelsea, Arsenal, dan Manchester United kini tengah on fire dan tampil sebagai sebuah tim besar dengan performa yang stabil.

Selain itu, City juga masih punya satu laga big match yang bertajuk ‘Derby Manchester’ menghadapi Manchester United di Old Trafford akhir pekan ini. Belum lagi ia harus bertemu Tottenham Hotspurs yang tengah menikmati kemampuan Hary Kane, sang pemuda top skorer, yang tentu saja mengincar tempat di Eropa. Ditambah lagi Aston Villa di pekan ke-34 dan QPR di pekan ke-36 yang mempunyai misi untuk keluar dari jerat zona degradasi. Makin menyusahkan saja ya rupanya.

Pellegrini Mulai Cari Alasan, Tolak Bicara Gelar

Kebiasaan yang tidak saya sukai dari seorang Pellegrini adalah ia suka mencari alasan ketika timnya kalah. Ada saja hal yang dijadikan kambing hitam agar timnya ini terlihat wajar menelan kekalahan.

“Kami bermain bagus dari awal hingga akhir laga, menciptakan banyak peluang, dan kami kalah karena Palace mencetak gol offside dan tendangan bebas yang indah. Saya tak mau membicarakan wasit, bukanlah tugas dari seorang manajer sepakbola untuk menganalisis kinerja wasit. Anda (pers) bertanya mengapa kami kalah dan saya ulangi lagi, kami kalah karena gol offside dan tendangan bebas yang indah,” pelatih asal Chile ini sebagaimana dilansir FourFourTwo.Com.

Dalam tayangan ulang, saya melihat gol pertama Crystal Palace memang bebau off-side. Namun, kenapa Pellegrini tak sebaiknya memperbaiki permainan anak asuhnya saja dari pada mengkritik penampilan wasit, meski mengelak dibilang mengkritik wasit.

Sebenarnya, City pun bermain dengan peforma yang cukup bagus. Dalam laga semalam, City begitu kuat dalam ball possession, statistik menunjukkan angka 74%. Peluang mereka juga lebih banyak ketimbang The Eagles, 22 dibanding 5 shots. Namun sekali lagi, hanya satu gol yang tercipta untuk tim tamu yang membuktikan bahwa menguasai laga tidak cukup untuk memenangi laga. Pellegrini pun memuji anak asuhnya untuk catatan ini, namun ia juga menyatakan kekecewaan atas hasilnya.

“Hari ini setidaknya saya sangat senang dengan bagaimana tim bermain, tapi sangat kecewa dengan skor yang terjadi. Saya rasa kami bermain bagus. Normalnya kami menang bila bermain seperti tadi. Kami punya banyak peluang dan kurang beruntung karena tak bisa mencetak lebih banyak gol. Kami mengalami tiga kekalahan dalam tiga laga away terakhir dan sebelumnya kami adalah tim terbaik hingga memasuki Natal,” ujarnya sang manajer pada Sky Sports.

Sebelum laga semalam digelar, Pellegrini sempat sesumbar bahwa timnya masih berusaha untuk mengejar  Chelsea dalam perebutan gelar juara. Mantan pelatih Malaga ini memiliki target untuk memenangi seluruh pertandingan yang tersisa. Namun, apa yang dia katakan setelah timnya dipecundangi semalam?

“Kami tidak bicara gelar, kami hanya ingin memenangkan pertandingan demi pertandingan. Adalah kerugian besar setiap kali anda kehilangan poin, khususnya di akhir musim. Tujuh laga berikutnya sangatlah penting (21 poin). Normalnya di papan atas hanya berjarak satu atau dua poin antara satu tim ke tim berikutnya. Jadi kami harus terus berusaha meraih poin sebanyak mungkin,” tuturnya pada Sky Sports.

Hmm, langsung mengubah target awal ya rupanya. Tapi apa yang dikatakan oleh Pellegrini ini memang realistis. Gagal di 16 besar Liga Champions, kalah di Piala FA oleh tim medioker, dan kini terancam gagal meraih gelar juara sama sekali. Melihat timnya dengan peforma yang kurang layak untuk mengejar gelar juara, ini adalah target yang sangat realistis untuk sebuah tim besar yang tengah kacau.

Harus Cepat Bangkit

Melihat hasil semalam, Pellegrini harus cepat memotivasi semangat para pemain agar kembali ke jalur kemenangan. Derby Manchester sudah didepan mata, akan menjadi kelabakan kalau sampai masih larut dalam kesedihan hasil buruk. City pun tak boleh lengah karena Arsenal (63) dan Manchester United (62) akan semakin meninggalkan City jika terus berada dalam keterpurukan. Belum lagi di peringkat bawahnya ada Liverpool (54), Spurs (54), dan Southampton (53) yang siap memanfaatkan kelengahan City kapan saja.

Terlebih lagi, Pellegrini harus ingat bahwa Manchester City adalah klub yang berambisi untuk meraih gelar. Patut diingat pula, pada musim 2012/13 Manchester City memecat karena Roberto Mancini karena gagal membawa gelar bagi klub yang berdiri sejak 1880 ini. Jangan sampai nasib yang dialami oleh Roberto Mancini juga dialami oleh Manuel Pellegrini. Semoga tidak.


Surabaya, 7 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar