Senin
(7/4) dinihari WIB tadi, Manchester City melawat ke kandang Crystal Palace
dalam lanjutan Liga Primer Inggris. Pada pertandingan matchday ke-31 ini, pasukan Manchester Biru tengah berada dalam
tekanan besar karena tim penghuni empat besar lainnya telah berhasil meraup
poin penuh sehingga sanggup mengkudeta posisi City.
Hasilnya
sangat mengecewakan bagi Sang Juara Bertahan ini. Anak asuh Manuel Pellegrini
ini harus rela pulang tanpa poin setelah dipaksa menelan pil pahit oleh anak
asuh Alan Pardew dengan skor 2-1 di Selhurst Park. Gol-gol Crystal Palace yang
dicetak oleh Murray dan Puncheon hanya bisa dibalas oleh gol Yaya Toure.
City
pun gagal untuk mendapatkan posisi runner-up
kembali yang kini dihuni oleh Arsenal. Untuk sementara klub bermarkas di Etihad
Stadium ini harus puas berada di posisi empat klasement sementara.
Hasil
ini sekaligus memperpanjang daftar kekalahan tandang The Citizens, karena ini merupakan kekalahan ketiga berturut-turut
di laga tandang City. Lebih menyedihkan lagi, Kompany dkk hanya berhasil
memenangi dua pertandingan dari lima pertandingan terakhir di Liga Primer.
Hasil yang sangat tidak pantas bagi sebuah klub yang berambisi untuk menjuarai
kembali Liga Primer.
Dengan
hasil ini City tentu makin kerepotan untuk mengharap gelar juara kembali ada di
kubu mereka. Pasalnya Chelsea yang tengah berada di puncak klasemen sementara
punya selisih sembilan poin dengan City. Apalagi Chelsea punya satu tabungan
laga sehingga punya peluang untuk memperlebar jarak. Belum lagi, Arsenal dan
Manchester United yang berhasil membuat City turun peringkat. Konsisten memenangi
laga dan menyapu bersih tujuh pertandingan tersisa tak cukup bagi City untuk
juara. Karena bukan tidak mungkin tim-tim yang ada di atasnya juga punya
semangat untuk menyapu bersih laga-laga yang tersisa. Ingat, Chelsea, Arsenal,
dan Manchester United kini tengah on fire
dan tampil sebagai sebuah tim besar dengan performa yang stabil.
Selain
itu, City juga masih punya satu laga big
match yang bertajuk ‘Derby Manchester’ menghadapi Manchester United di Old
Trafford akhir pekan ini. Belum lagi ia harus bertemu Tottenham Hotspurs yang
tengah menikmati kemampuan Hary Kane, sang pemuda top skorer, yang tentu saja
mengincar tempat di Eropa. Ditambah lagi Aston Villa di pekan ke-34 dan QPR di
pekan ke-36 yang mempunyai misi untuk keluar dari jerat zona degradasi. Makin
menyusahkan saja ya rupanya.
Pellegrini Mulai Cari Alasan, Tolak
Bicara Gelar
Kebiasaan
yang tidak saya sukai dari seorang Pellegrini adalah ia suka mencari alasan
ketika timnya kalah. Ada saja hal yang dijadikan kambing hitam agar timnya ini
terlihat wajar menelan kekalahan.
“Kami
bermain bagus dari awal hingga akhir laga, menciptakan banyak peluang, dan kami
kalah karena Palace mencetak gol offside dan tendangan bebas yang indah. Saya
tak mau membicarakan wasit, bukanlah tugas dari seorang manajer sepakbola untuk
menganalisis kinerja wasit. Anda (pers) bertanya mengapa kami kalah dan saya
ulangi lagi, kami kalah karena gol offside dan tendangan bebas yang indah,” pelatih
asal Chile ini sebagaimana dilansir FourFourTwo.Com.
Dalam
tayangan ulang, saya melihat gol pertama Crystal Palace memang bebau off-side. Namun, kenapa Pellegrini tak
sebaiknya memperbaiki permainan anak asuhnya saja dari pada mengkritik
penampilan wasit, meski mengelak dibilang mengkritik wasit.
Sebenarnya,
City pun bermain dengan peforma yang cukup bagus. Dalam laga semalam, City
begitu kuat dalam ball possession,
statistik menunjukkan angka 74%. Peluang mereka juga lebih banyak ketimbang The Eagles, 22 dibanding 5 shots. Namun
sekali lagi, hanya satu gol yang tercipta untuk tim tamu yang membuktikan bahwa
menguasai laga tidak cukup untuk memenangi laga. Pellegrini pun memuji anak
asuhnya untuk catatan ini, namun ia juga menyatakan kekecewaan atas hasilnya.
“Hari
ini setidaknya saya sangat senang dengan bagaimana tim bermain, tapi sangat
kecewa dengan skor yang terjadi. Saya rasa kami bermain bagus. Normalnya kami
menang bila bermain seperti tadi. Kami punya banyak peluang dan kurang
beruntung karena tak bisa mencetak lebih banyak gol. Kami mengalami tiga kekalahan
dalam tiga laga away terakhir dan sebelumnya kami adalah tim terbaik hingga
memasuki Natal,” ujarnya sang manajer pada Sky
Sports.
Sebelum
laga semalam digelar, Pellegrini sempat sesumbar bahwa timnya masih berusaha
untuk mengejar Chelsea dalam perebutan
gelar juara. Mantan pelatih Malaga ini memiliki target untuk memenangi seluruh
pertandingan yang tersisa. Namun, apa yang dia katakan setelah timnya
dipecundangi semalam?
“Kami
tidak bicara gelar, kami hanya ingin memenangkan pertandingan demi
pertandingan. Adalah kerugian besar setiap kali anda kehilangan poin, khususnya
di akhir musim. Tujuh laga berikutnya sangatlah penting (21 poin). Normalnya di
papan atas hanya berjarak satu atau dua poin antara satu tim ke tim berikutnya.
Jadi kami harus terus berusaha meraih poin sebanyak mungkin,” tuturnya pada Sky Sports.
Hmm,
langsung mengubah target awal ya rupanya. Tapi apa yang dikatakan oleh
Pellegrini ini memang realistis. Gagal di 16 besar Liga Champions, kalah di
Piala FA oleh tim medioker, dan kini terancam gagal meraih gelar juara sama
sekali. Melihat timnya dengan peforma yang kurang layak untuk mengejar gelar
juara, ini adalah target yang sangat realistis untuk sebuah tim besar yang
tengah kacau.
Harus Cepat Bangkit
Melihat
hasil semalam, Pellegrini harus cepat memotivasi semangat para pemain agar
kembali ke jalur kemenangan. Derby Manchester sudah didepan mata, akan menjadi
kelabakan kalau sampai masih larut dalam kesedihan hasil buruk. City pun tak
boleh lengah karena Arsenal (63) dan Manchester United (62) akan semakin
meninggalkan City jika terus berada dalam keterpurukan. Belum lagi di peringkat
bawahnya ada Liverpool (54), Spurs (54), dan Southampton (53) yang siap memanfaatkan
kelengahan City kapan saja.
Terlebih
lagi, Pellegrini harus ingat bahwa Manchester City adalah klub yang berambisi
untuk meraih gelar. Patut diingat pula, pada musim 2012/13 Manchester City
memecat karena Roberto Mancini karena gagal membawa gelar bagi klub yang
berdiri sejak 1880 ini. Jangan sampai nasib yang dialami oleh Roberto Mancini juga
dialami oleh Manuel Pellegrini. Semoga tidak.
Surabaya,
7 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar