Rabu, 25 Maret 2015

Ronaldo Terancam Dapat Sanksi, Patutkah?


Pada Minggu (22/3) lalu, La Liga Spanyol menggelar El Clasico jilid 229 di Camp Nou. Pertandingan yang mempertemukan Barcelona dan Real Madrid itu berhasil dimenangi oleh raksasa Katalan, Barcelona dengan skor 2-1. Ronaldo berhasil mencetak gol di laga panas tersebut, namun Los Merengues tak terselamatkan dari kekalahan. Saya sendiri sudah menulis opini tentang hal ini di Kompasiana dalam tautan ini. Ternyata gol Ronaldo itu membawa kesialan baginya. Apa yang terjadi?

Terancam Sanksi Karena Selebrasi Gol

Di El Clasico itu Ronaldo mencetak gol di menit ke-31 yang membuat timnya berhasil menyamakan kedudukan setelah sebelumnya tertinggal satu gol. Sebagaimana biasa seorang pemain yang mencetak gol, Ronaldo pun melakukan selebrasi karena saking bahagianya. Namun, selebrasi yang ia lakukan dianggap memprovokasi para pendukung Barcelona. Ia memang terlihat melakukan gesture menyuruh para pendukung Barcelona untuk diam dengan mengayunkan tangan ke bawah seperti foto di atas. Gesture tersebut diduga bermaksud untuk menyuruh mereka diam atau tenang.

“Kita harus berhati-hati dengan gesture provokatif yang dilakukan seorang pemain ketika dia mencetak sebuah gol atau dengan tindakan provokatif lain yang berpeluang memancing kerusuhan penonton. (Selebrasi Ronaldo) itu harus dikenakan sanksi, dari mulai denda hingga larangan bertanding. Kami akan melihat lebih dulu hal ini,” ujar Presiden LFP (otoritas sepak bola Spanyol), Javier Tebas sebagaimana ditulis oleh Kompas.Com.

Selebrasi Berbuah Sanksi

Dalam sejarah sepak bola, pernah terjadi seorang pemain diberi sanksi lantaran selebrasi yang dilakukannya. Kejadian ini dialami oleh Giorgios Katidis. Pemain AEK Athens ini melakukan selebrasi hormat a la Nazi pada pertandingan melawan Veria Sabtu (16/32013). Berbagai pihak mengecam aksi yang dilakukan oleh pemain yang saat itu berusia 20 tahun ini. Ia pun membela diri dengan berkicau di akun twitternya.


“Aku bukan fasis dan tak akan melakukannya jika aku tahu apa artinya,” kata Katidis sebagaimana ditulis oleh Kompas.Com (18/3/2013).

Pelatih AEK Athens, Ewald Lienen pun tak tinggal diam. Ia ikut membela anak asuhnya ini. “Dia masih muda yang belum memiliki ideologi politik. Dia sering melihat hormat itu di internet atau tempat lain dan menirunya tanpa mengetahui artinya," ujar pelatih asal Jerman ini kepada kantor berita Reuters.

Ternyata segala pembelaan untuk Katidis itu tak dapat menyelamatkannya dari sanksi. Berbagai pihak tetap menganggap hormat a la Nazi sebagai tindakan sebagai tindakan yang tak patut dilakukan. Perlu diketahui hormat itu dilakukan oleh sang diktator Jerman, Hitler di masa pemerintahan fasis Nazi. Hormat ini memang diharamkan di Eropa mengingat Hitler bersama Nazi telah melakukan kejahatan genosida terhadap kaum Yahudi. Akibat perbuatannya itu, Katidis dituduh fasis dan tidak bersimpati terhadap korban genosida.

Melihat hal ini EPO (asosiasi sepak bola Yunani) pun tak tinggal diam. Katidis harus menerima hukuman yang tak inginkan oleh semua pemain sepak bola. Ia diberi sanksi larangan bertanding untuk timnas Yunani seumur hidup. Cobaan yang sangat berat untuk seorang pemain yang masih hijau.

Dituduh Provokasi Pendukung Lawan

Peristiwa yang dialami oleh Katidis sudah berlalu sejak dua tahun silam. Dan kini, Ronaldo menghadapi masalah seperti yang dialami oleh Katidis meski tak akan seberat Katidis. Ya, selebrasi Ronaldo memang terkesan wajar. Namun LFP melihatnya dengan cara yang lain dan kali ini cukup kontroversi.

Masalah ini cukup pelik sehingga LFP harus menyelidikinya dengan hati-hati. Memancing emosi pendukung memang berbahaya karena bisa memicu kekacauan. Namun mungkin mantan pemain Manchester United ini larut dalam kegembiraan karena telah berhasil menyarangkan bola ke gawang musuh bebuyutan. Apa itu salah? Tentu tidak. Selebrasi provokatif itu yang salah.

Dampak langsung yang didapat Ronaldo karena selebrasinya ini adalah tuduhan sebagai pemain yang arogan. Sebenarnya ini juga bukan kali pertamanya kapten Timnas Portugal ini melakukan selebrasi macam ini. Pada pertandingan sebelumnya ia juga melakukan selebrasi dengan gesture menyuruh tenang seperti ini. Malah ia juga pernah selebrasi dengan membuka baju memamerkan tubuhnya atletis yang membuatnya dinilai arogan, dan ia tak pernah disanksi atas apa yang dilakukannya tersebut. Mungkin ini saatnya.


Apapun itu, semoga LFP dapat memutuskan masalah  ini dengan bijak. Jika memang terbukti bersalah, memang sudah sepantasnya Ronaldo mendapatkan sanksi yang setimpal entah denda ataupun larangan bertanding. Semoga Ronaldo bisa belajar dari masalah ini.


Surabaya, 25 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar