Pada
Minggu (22/3) lalu, La Liga Spanyol menggelar El Clasico jilid 229 di Camp Nou. Pertandingan yang mempertemukan
Barcelona dan Real Madrid itu berhasil dimenangi oleh raksasa Katalan,
Barcelona dengan skor 2-1. Ronaldo berhasil mencetak gol di laga panas
tersebut, namun Los Merengues tak
terselamatkan dari kekalahan. Saya sendiri sudah menulis opini tentang hal ini
di Kompasiana dalam tautan ini. Ternyata gol Ronaldo itu membawa kesialan
baginya. Apa yang terjadi?
Terancam Sanksi Karena Selebrasi
Gol
Di
El Clasico itu Ronaldo mencetak gol
di menit ke-31 yang membuat timnya berhasil menyamakan kedudukan setelah
sebelumnya tertinggal satu gol. Sebagaimana biasa seorang pemain yang mencetak
gol, Ronaldo pun melakukan selebrasi karena saking bahagianya. Namun, selebrasi
yang ia lakukan dianggap memprovokasi para pendukung Barcelona. Ia memang
terlihat melakukan gesture menyuruh
para pendukung Barcelona untuk diam dengan mengayunkan tangan ke bawah seperti
foto di atas. Gesture tersebut diduga
bermaksud untuk menyuruh mereka diam atau tenang.
“Kita
harus berhati-hati dengan gesture
provokatif yang dilakukan seorang pemain ketika dia mencetak sebuah gol atau
dengan tindakan provokatif lain yang berpeluang memancing kerusuhan penonton. (Selebrasi
Ronaldo) itu harus dikenakan sanksi, dari mulai denda hingga larangan
bertanding. Kami akan melihat lebih dulu hal ini,” ujar Presiden LFP (otoritas
sepak bola Spanyol), Javier Tebas sebagaimana ditulis oleh Kompas.Com.
Selebrasi Berbuah Sanksi
Dalam
sejarah sepak bola, pernah terjadi seorang pemain diberi sanksi lantaran
selebrasi yang dilakukannya. Kejadian ini dialami oleh Giorgios Katidis. Pemain
AEK Athens ini melakukan selebrasi hormat a
la Nazi pada pertandingan melawan Veria Sabtu (16/32013). Berbagai pihak
mengecam aksi yang dilakukan oleh pemain yang saat itu berusia 20 tahun ini. Ia
pun membela diri dengan berkicau di akun twitternya.
“Aku
bukan fasis dan tak akan melakukannya jika aku tahu apa artinya,” kata Katidis
sebagaimana ditulis oleh Kompas.Com (18/3/2013).
Pelatih
AEK Athens, Ewald Lienen pun tak tinggal diam. Ia ikut membela anak asuhnya
ini. “Dia masih muda yang belum memiliki ideologi politik. Dia sering melihat
hormat itu di internet atau tempat lain dan menirunya tanpa mengetahui
artinya," ujar pelatih asal Jerman ini kepada kantor berita Reuters.
Ternyata
segala pembelaan untuk Katidis itu tak dapat menyelamatkannya dari sanksi.
Berbagai pihak tetap menganggap hormat a
la Nazi sebagai tindakan sebagai tindakan yang tak patut dilakukan. Perlu
diketahui hormat itu dilakukan oleh sang diktator Jerman, Hitler di masa
pemerintahan fasis Nazi. Hormat ini memang diharamkan di Eropa mengingat Hitler
bersama Nazi telah melakukan kejahatan genosida terhadap kaum Yahudi. Akibat
perbuatannya itu, Katidis dituduh fasis dan tidak bersimpati terhadap korban
genosida.
Melihat
hal ini EPO (asosiasi sepak bola Yunani) pun tak tinggal diam. Katidis harus
menerima hukuman yang tak inginkan oleh semua pemain sepak bola. Ia diberi
sanksi larangan bertanding untuk timnas Yunani seumur hidup. Cobaan yang sangat
berat untuk seorang pemain yang masih hijau.
Dituduh Provokasi Pendukung Lawan
Peristiwa
yang dialami oleh Katidis sudah berlalu sejak dua tahun silam. Dan kini,
Ronaldo menghadapi masalah seperti yang dialami oleh Katidis meski tak akan
seberat Katidis. Ya, selebrasi Ronaldo memang terkesan wajar. Namun LFP
melihatnya dengan cara yang lain dan kali ini cukup kontroversi.
Masalah
ini cukup pelik sehingga LFP harus menyelidikinya dengan hati-hati. Memancing
emosi pendukung memang berbahaya karena bisa memicu kekacauan. Namun mungkin
mantan pemain Manchester United ini larut dalam kegembiraan karena telah
berhasil menyarangkan bola ke gawang musuh bebuyutan. Apa itu salah? Tentu
tidak. Selebrasi provokatif itu yang salah.
Dampak
langsung yang didapat Ronaldo karena selebrasinya ini adalah tuduhan sebagai
pemain yang arogan. Sebenarnya ini juga bukan kali pertamanya kapten Timnas
Portugal ini melakukan selebrasi macam ini. Pada pertandingan sebelumnya ia
juga melakukan selebrasi dengan gesture
menyuruh tenang seperti ini. Malah ia juga pernah selebrasi dengan membuka baju
memamerkan tubuhnya atletis yang membuatnya dinilai arogan, dan ia tak pernah
disanksi atas apa yang dilakukannya tersebut. Mungkin ini saatnya.
Apapun
itu, semoga LFP dapat memutuskan masalah
ini dengan bijak. Jika memang terbukti bersalah, memang sudah
sepantasnya Ronaldo mendapatkan sanksi yang setimpal entah denda ataupun larangan
bertanding. Semoga Ronaldo bisa belajar dari masalah ini.
Surabaya,
25 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar