Puluhan massa menggelar aksi solidaritas untuk menyelamatkan Pegunungan Kendeng di Rembang pada Jumat (27/3) di depan Taman Apsari Surabaya, Jawa Timur. Aksi yang bertajuk “Solidaritas Surabaya Untuk Rembang” ini digelar oleh beberapa organisasi massa di antaranya, WALHI JATIM, LAMRI Surabaya, KBS, PUSHAM Surabaya, C-Mars, Gusdurian, dan Kolektif Mata Rantai.
Aksi
solidaritas ini juga serentak dilakukan di berbagai kota di Indonesia. Di
Rembang, Jawa Tengah, juga menggelar istighosah akbar oleh FNKSDA (Front
Nadiyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam) di Pondok Pesantren Raudlotul
Thalibin asuhan KH. Mustofa Bisri.
Konflik Melawan Kaum Pemodal
Semenjak 16 Juni 2014, ribuan ibu-ibu telah bergerak menentang pembangunan PT. Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah. Gunung Watuputih adalah bagian dari gugusan pegunungan karst Kendeng yang diincar oleh PT. Semen Indonesia untuk bahan baku industri merupakan ruang hidup bagi ibu-ibu di daerah sekitar sini. Di wilayah ini terdapat sumber air yang mana akan hancur seiring kedatangan para pemodal PT. Semen Indonesia. Bagi mereka wilayah itu bukan sekedar tumpukan bahan baku industri sebagaimana dilihat oleh PT. Semen Indonesia. Bagi ibu-ibu wilayah tersebut adalah tempat hidup mereka di mana mereka dilahirkan, bekerja, menanam, merawat, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Namun,
perjuangan menjaga lingkungannya tetap lestari oleh warga ini justru dianggap
sebagai kejahatan bagi pemodal dan penguasa. Pada hari mereka berderap menuju
tapak pabrik semen untuk menghentikan kehancuran wilayahnya, mereka dihadang
oleh aparat kepolisian dan tentara. Mereka dibubarkan secara paksa, ditangkap,
namun tak menyerah. Hari ini, mereka masih menyatakan penolakan terhadap
pendirian pabrik dan terus berjuang menyelamatkan ruang hidupnya.
Ancaman
dari PT. Semen Indonesia terhadap wilayah ini sangat nyata; merusak kelestarian
alam. Atas dasar kondisi tersebut, Solidaritas Surabaya Untuk Rembang
menyampaikan tuntutan sebagai berikut:
- Menolak pendirian pabrik semen di Pulau Jawa.
- Menuntut PTUN Semarang mengabulkan gugatan masyarakat Rembang untuk mencabut Ijin Lingkungan PT. Semen Indonesia.
- Menuntut pemerintah untuk membatalkan skema MP3EI dan membuat kebijakan yang mampu menghentikan laju daya rusak investasi dan industri ekstraktif.
- Menguatkan Hak Veto Rakyat untuk menentukan status keselamatan ruang hidupnya.
- Menyerukan seluruh elemen masyarakat sipil untuk turut aktif mendukung perjuangan masyarakat Rembang.
Solidaritas Surabaya Untuk Rembang
Aksi solidaritas yang dimulai sekitar pukul 17.00 WIB ini diawali dengan teatrikal oleh beberapa mahasiswa. Teatrikal ini menggambarkan betapa pemerintah perlahan-lahan berusaha untuk menghancurkan kelestarian alam di pulau Jawa. Para pemeran teatrikal menggunakan baju yang terbuat dari kertas semen yang menyimbolkan bahwa kehidupan mereka tengah dikekang oleh pabrik semen.
“Kami butuh air! Bukan semen!” teriak salah satu pemeran teatrikal. Teatrikal dilanjutkan dengan orasi dari si pemeran ini dan menyobek baju kertas semennya sebagai simbol perlawan. Lantas semua pemain yang lain ikut menyobek baju kertas semennya. Orasi dilanjutkan oleh si pemeran yang berteriak dan berorasi tadi.
Aksi
solidaritas ini juga diisi dengan pameran buku. Massa aksi bisa membaca atau
membeli buku yang disediakan di tempat. Berbagai macam buku dipamerkan dalam
lapak pamera buku ini.
Lalu
ada juga jasa sablon dan seni cukil dengan gambar-gambar solidaritas untuk
kasus Pegunungan Kendeng ini. Massa aksi bisa menyerahkan kaos, baju, atau
jaket untuk disablonkan atau cap seni cukil tanpa dipungut biaya.
Aksi
dilanjutkan dengan orasi dari masing-masing perwakilan organisasi massa yang
hadir di acara ini.
Selesai
orasi, massa aksi dijinkan untuk Ishoma (istirahat-sholat-makan). Beberapa
massa aksi juga bisa memanfaatkan waktunya untuk membaca buku yang disediakan
di lapak pameran buku.
Istirahat
selesai, massa aksi duduk dan membentu lingkaran untuk berdiskusi mengenai
kasus Pegunungan Kendeng ini. Acara dilanjutkan dengan musik akustik oleh
beberapa kawan mahasiswa dari LAMRI Surabaya. Selesai dengan musik akustik,
saya maju untuk membaca puisi yang saya buat beberapa hari lalu. Puisi saya
bisa dilihat di sini.
Aksi
solidaritas pun diakhir dengan doa lintas iman untuk keadilan dan keselamatan
bagi ibu-ibu yang tengah berjuang melawan penindasan dan ketidakadilan ini.
Hidup
Rakyat!
Sumber rujukan: Press Release
Surabaya,
27 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar