Sabtu, 28 Maret 2015

Aksi Solidaritas Untuk Rembang di Surabaya


Puluhan massa menggelar aksi solidaritas untuk menyelamatkan Pegunungan Kendeng di  Rembang pada Jumat (27/3) di depan Taman Apsari Surabaya, Jawa Timur. Aksi yang bertajuk “Solidaritas Surabaya Untuk Rembang” ini digelar oleh beberapa organisasi massa di antaranya, WALHI JATIM, LAMRI Surabaya, KBS, PUSHAM Surabaya, C-Mars, Gusdurian, dan Kolektif Mata Rantai.

Aksi solidaritas ini juga serentak dilakukan di berbagai kota di Indonesia. Di Rembang, Jawa Tengah, juga menggelar istighosah akbar oleh FNKSDA (Front Nadiyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam) di Pondok Pesantren Raudlotul Thalibin asuhan KH. Mustofa Bisri.

Konflik Melawan Kaum Pemodal


Semenjak 16 Juni 2014, ribuan ibu-ibu telah bergerak menentang pembangunan PT. Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah. Gunung Watuputih adalah bagian dari gugusan pegunungan karst Kendeng yang diincar oleh PT. Semen Indonesia untuk bahan baku industri merupakan ruang hidup bagi ibu-ibu di daerah sekitar sini. Di wilayah ini terdapat sumber air yang mana akan hancur seiring kedatangan para pemodal PT. Semen Indonesia. Bagi mereka wilayah itu bukan sekedar tumpukan bahan baku industri sebagaimana dilihat oleh PT. Semen Indonesia. Bagi ibu-ibu wilayah tersebut adalah tempat hidup mereka di mana mereka dilahirkan, bekerja, menanam, merawat, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Namun, perjuangan menjaga lingkungannya tetap lestari oleh warga ini justru dianggap sebagai kejahatan bagi pemodal dan penguasa. Pada hari mereka berderap menuju tapak pabrik semen untuk menghentikan kehancuran wilayahnya, mereka dihadang oleh aparat kepolisian dan tentara. Mereka dibubarkan secara paksa, ditangkap, namun tak menyerah. Hari ini, mereka masih menyatakan penolakan terhadap pendirian pabrik dan terus berjuang menyelamatkan ruang hidupnya.

Ancaman dari PT. Semen Indonesia terhadap wilayah ini sangat nyata; merusak kelestarian alam. Atas dasar kondisi tersebut, Solidaritas Surabaya Untuk Rembang menyampaikan tuntutan sebagai berikut:
  1. Menolak pendirian pabrik semen di Pulau Jawa.
  2. Menuntut PTUN Semarang mengabulkan gugatan masyarakat Rembang untuk mencabut Ijin Lingkungan PT. Semen Indonesia.
  3. Menuntut pemerintah untuk membatalkan skema MP3EI dan membuat kebijakan yang mampu menghentikan laju daya rusak investasi dan industri ekstraktif.
  4. Menguatkan Hak Veto Rakyat untuk menentukan status keselamatan ruang hidupnya.
  5. Menyerukan seluruh elemen masyarakat sipil untuk turut aktif mendukung perjuangan masyarakat Rembang.

Solidaritas Surabaya Untuk Rembang


Aksi solidaritas yang dimulai sekitar pukul 17.00 WIB ini diawali dengan teatrikal oleh beberapa mahasiswa. Teatrikal ini menggambarkan betapa pemerintah perlahan-lahan berusaha untuk menghancurkan kelestarian alam di pulau Jawa. Para pemeran teatrikal menggunakan baju yang terbuat dari kertas semen yang menyimbolkan bahwa kehidupan mereka tengah dikekang oleh pabrik semen.




“Kami butuh air! Bukan semen!” teriak salah satu pemeran teatrikal. Teatrikal dilanjutkan dengan orasi dari si pemeran ini dan menyobek baju kertas semennya sebagai simbol perlawan. Lantas semua pemain yang lain ikut menyobek baju kertas semennya. Orasi dilanjutkan oleh si pemeran yang berteriak dan berorasi tadi.

Aksi solidaritas ini juga diisi dengan pameran buku. Massa aksi bisa membaca atau membeli buku yang disediakan di tempat. Berbagai macam buku dipamerkan dalam lapak pamera buku ini.


Lalu ada juga jasa sablon dan seni cukil dengan gambar-gambar solidaritas untuk kasus Pegunungan Kendeng ini. Massa aksi bisa menyerahkan kaos, baju, atau jaket untuk disablonkan atau cap seni cukil tanpa dipungut biaya.


Aksi dilanjutkan dengan orasi dari masing-masing perwakilan organisasi massa yang hadir di acara ini.


Selesai orasi, massa aksi dijinkan untuk Ishoma (istirahat-sholat-makan). Beberapa massa aksi juga bisa memanfaatkan waktunya untuk membaca buku yang disediakan di lapak pameran buku.

Istirahat selesai, massa aksi duduk dan membentu lingkaran untuk berdiskusi mengenai kasus Pegunungan Kendeng ini. Acara dilanjutkan dengan musik akustik oleh beberapa kawan mahasiswa dari LAMRI Surabaya. Selesai dengan musik akustik, saya maju untuk membaca puisi yang saya buat beberapa hari lalu. Puisi saya bisa dilihat di sini.


Aksi solidaritas pun diakhir dengan doa lintas iman untuk keadilan dan keselamatan bagi ibu-ibu yang tengah berjuang melawan penindasan dan ketidakadilan ini.


Hidup Rakyat!

Sumber rujukan: Press Release

Surabaya, 27 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar