Pernahkah Anda menonton
film India yang berjudul ‘3 Idiots’? Bagi Anda yang pernah, pasti Anda sangat
terkesima menonton film yang dirilis pada 2009 tersebut. Saya juga sudah
menonton film yang mengkritik sistem pendidikan yang amburadul. Kala itu saya
masih kelas 1 SMA, saat film sedang ramai diperbincangkan. Film yang
disutradarai oleh Vidhu Vinod Chopra ini menuai banyak pujian.
Beberapa hari yang
lalu, ayah saya meminta saya untuk menonton sebuah film dari India. Ternyata
film itu merupakan film yang dibesut oleh Vidhu Vinod Chopra pula yang berjudul
‘PK’. Sama seperti ‘3 Idiots’, film ini masih mengandalkan Aamir Khan sebagai
tokoh utamanya. Sama seperti ‘3 Idiots’ pula, film yang dirilis pada 19
Desember 2014 ini juga ramai diperbincangkan banyak orang. Bukan karena
pujiannya, tapi karena kontroversinya. Bagaimana kisahnya?
Sinopsis
Alkisah, ada seorang
alien (Aamir Khan) yang turun ke bumi dari sebuah benda berbentuk piring
terbang (kita mungkin menyebutnya UFO). Ia turun tak sepotong pun kain, dan
dengan sebuah kalung yang berbandul sebuah lingkarang berwarna biru. Dan sang
narator mengatakan bahwa benda itu disebutnya sebagai remot yang bisa
membawanya kembali ke planet asalnya. Namun, ketika baru saja turun, remotnya
itu diambil oleh orang. Ia pun mengejar orang itu, namun bukannya remot yang ia
dapat ia malah mendapatkan tape radio
milik orang tersebut. Ia pun merasa merana.
Cerita pun beralih ke
seorang perempuan India yang bernama Jaggu (Anushka Sharma) dan laki-laki yang
bernama Sarfaraz (Sushant Singh Rajput) tengah berebut tiket dari seorang calo
untuk menonton pertunjukkan Bachchan
Bertemu Bachchan di Belgia. Karena uang mereka tidak cukup, Jaggu pun
meminta tolong seorang pria tua yang juga berasal dari India juga untuk
mengatasi calo yang berasal dari India pula itu untuk mendapatkan tiket yang
dijualnya seharga 100 euro itu (aslinya 40 euro). Si pria tua berhasil
mendapatkannya, namun bukannya memberikan tiket itu pada Jaggu, ia malah masuk
sendirian ke pertunjukkan. Jaggu pun marah, dan si pria tua itu memanggil security. Sarfaraz pun langsung segera
mengajak Jaggu pergi.
Jaggu pun berkenalan
dengan Sarfaraz. Mereka senang saling mengenal karena berbahasa yang sama.
Namun, saat Sarfaraz mengatakan ia berasal dari Pakistan, Jaggu kehilangan
senyumnya. Pada akhirnya mereka pun menjalin hubungan tanpa memandang dari
negara mana mereka berasal. Hubungan dengan Sarfaraz ini, diketahui oleh adik
Jaggu yang segera memberi tahu (lewat webcam)
kedua orang tuanya. Orang tua Jaggu marah anaknya menjalin hubungan dengan
orang Islam dari Pakistan. Orang tuanya pun membawa laptopnya ke hadapa
Tapasvi-ji (pemuka agama keluarga Jaggu) untuk meminta konsultasi. Tapasvi-ji
mengatakan (dalam prediksinya) bahwa Sarfaraz tidak mencintai Jaggu. Sarfaraz
yang Islam hanyalah penipu.
Untuk membuktikan bahwa
Tapasvi-ji salah, Jaggu pun mengajak Sarfaraz untuk menikah keesokan harinya.
Sarfaraz pun siap. Jaggu dating terlebih dahulu ke tempat pencatatan sipil. Di
depannya ada seorang perempuan yang sedang menunggu mempelai pria yang tak
kunjung datang. Perempuan itu menitipkan seekor kucing dalam keranjang pada
Jaggu. Dan tiba-tiba datanglah seorang anak yang memberi sepucuk surat untuk
Jaggu. Ternyata surat itu berisi tentang pembatalan pernikahan yang berbeda
negara, agama, dan budaya mereka berdua. Jaggu menangis, dan Tapasvi-ji benar
bahwa Sarfaraz telah berbohong.
Enam bulan kemudian,
Jaggu pun pulang ke Delhi. Ia menjadi seorang reporter TV di sana. Ketika
sedang menaiki kereta, ia melihat seorang pria (alien dalam pembuka film)
memakai helm putih dan banyak kalung berbandul salib, swastika, dan beberapa
symbol agama lainnya sedang membagikan selebaran yang mengatakan bahwa ia
kehilangan Tuhan. Jaggu pun tertarik dan ingin mewawancarai orang yang
memperkenalkan diri dengan nama PK tersebut (singkatan pee-kay, dalam bahasa Hindi berarti mabuk).
Singkat cerita, PK
(Aamir Khan) ini tengah mencari remotnya yang hilang dicuri seperti awal
cerita. Namun, setelah meminta tolong polisi, ia malah dikatai mabuk (PK atau pee-kay). Setelah bertanya pada banyak
orang tentang remotnya, semua orang menjawab, ‘hanya Tuhan yang dapat menolongmu’,
membuatnya bertanya siapa Tuhan ini.
Pada momen inilah yang
mulai menarik. PK pun masuk ke satu tempat ibadah yang satu ke tempat yang
lain. Ia membawa sesembahan ke dalam kuil dan berdoa pada Tuhan. Ia membawa wine. Ia pun sholat. Tujuannya hanya satu:
meminta kepada Tuhan agar remotnya kembali.
Suatu hari di tengah
keramai banyak orang, ia bertemu dengan orang yang mirip dengan Dewa Syiwa dan
meminta remotnya untuk dikembalikan. Tentu saja orang ini terkejut, karena ia
hanya seorang pelakon dalam drama yang memainkan peran sebagai Dewa Syiwa bukan
dewa sungguhan. PK pun mengejarnya dan sampai ke sebuah seminar yang diceramahi
oleh Tapasvi-ji. Tapasvi-ji mengatakan bahwa ia baru saja dari himalaya dan
bertemu Tuhan dan memberikannya sebuah benda yang amat keramat. Benda itu tak
lain adalah remot milik PK. PK pun langsung naik ke atas panggung dan mencoba
meraih benda miliknya. Tapi, Tapasvi-ji langsung memanggil security dan membuang PK. PK pun berpendapat bahwa Tapasvi-ji
adalah seorang pemuka agama yang banyak membual.
PK pun bertemu kembali
dengan Jaggu dan mulai bercerita dari mana sebenarnya ia berasal. Mampukah PK
menemukan Tuhan? Akan jadi lebih baik kalau Anda menonton film ini secara
langsung.
Kontroversi
Film ini pun menuai
banyak kritik. Banyak pihak yang tersinggung karena film ini memang menyinggung
agama. Adegan yang mungkin membuat beberapa pihak tidak terima adalah ketika PK
mendatangi Tapasvi-ji dan menanyakan tentang agama apa yang dianut oleh lima
orang yang dibawa oleh PK. Kelima orang tersebut memang memakai baju yang
identik dengan Hindu, Katolik, Sikh, Jain, dan Islam. Tapi PK menukar pakaian
kelima orang tersebut dan tidak sama dengan agama masing-masing. Pesan yang
dimaksudkan dalam adegan ini adalah bahwa seorang yang beragama seringkali
terjebak pada pakaian yang dipakai. Hal ini tentu dangkal sekali dalam
memandang agama yang baru sampai pada pakaian belum sampai ke hati.
Bagian lain yang
menjadi kontroversi adalah salah satu cover
film yang menayangkan foto Aamir Khan yang nyaris bugil. Ini pun juga menuai
banyak kecaman dari berbagai pihak.
Namun, meskipun mendapat
banyak kecaman, toh film PK tetap mampu mencapai box office dan masuk dalam
film terlaris di 2014. Tidak saja di India, di Paskita pun film tersebut
mendapat sambutan baik. Meski baru empat hari tayang di negara tetangga India
tersebut, PK telah berhasil meraup pendapatan sebesar 18 crore atau sekitar
Rp36 miliar. Dengan angka tersebut, bukan tidak mungkin PK akan mengalahkan film
terlaris sepanjang masa di Pakistan berjudul Waar yang meraih pendapatan 22
crore atau sekitar Rp44 miliar. Demikianlah sebagaimana yang dilansir oleh liputan6.com.
Jadi…
Film yang berdurasi 2,5
jam ini cukup menarik untuk ditonton bagi saya. Karena kita akan diajak untuk
membuka mata lebih lebar tentang bagaimana sesungguhnya agama mengajarkan
kepada kita. Satu hal yang saya tangkap dari film ini adalah bahwa dalam sebuah
agama seringkali ada orang yang memanfaatkan kelebihannya dalam ‘mencapai’
Tuhan (dalam hal ini pemuka agama) memanfaatkan kelemahan iman orang lain demi
meraup pundi-pundi uang. Hal inilah yang diluruskan dalam film ini bahwa, dalam
agama apapun, kita tak perlu pergi ke seorang pemuka agama untuk menuju Tuhan.
Tapi kita sendiri juga bisa secara langsung menuju Tuhan.
Jadi, bagaimana menurut
Anda? Tertarik untuk menonton? Silahkan saja. Film ini cocok untuk dijadikan
referensi.
Jember, 7
Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar