Sabtu, 07 Februari 2015

PK: Di Mana Tuhan?


Pernahkah Anda menonton film India yang berjudul ‘3 Idiots’? Bagi Anda yang pernah, pasti Anda sangat terkesima menonton film yang dirilis pada 2009 tersebut. Saya juga sudah menonton film yang mengkritik sistem pendidikan yang amburadul. Kala itu saya masih kelas 1 SMA, saat film sedang ramai diperbincangkan. Film yang disutradarai oleh Vidhu Vinod Chopra ini menuai banyak pujian.

Beberapa hari yang lalu, ayah saya meminta saya untuk menonton sebuah film dari India. Ternyata film itu merupakan film yang dibesut oleh Vidhu Vinod Chopra pula yang berjudul ‘PK’. Sama seperti ‘3 Idiots’, film ini masih mengandalkan Aamir Khan sebagai tokoh utamanya. Sama seperti ‘3 Idiots’ pula, film yang dirilis pada 19 Desember 2014 ini juga ramai diperbincangkan banyak orang. Bukan karena pujiannya, tapi karena kontroversinya. Bagaimana kisahnya?

Sinopsis

Alkisah, ada seorang alien (Aamir Khan) yang turun ke bumi dari sebuah benda berbentuk piring terbang (kita mungkin menyebutnya UFO). Ia turun tak sepotong pun kain, dan dengan sebuah kalung yang berbandul sebuah lingkarang berwarna biru. Dan sang narator mengatakan bahwa benda itu disebutnya sebagai remot yang bisa membawanya kembali ke planet asalnya. Namun, ketika baru saja turun, remotnya itu diambil oleh orang. Ia pun mengejar orang itu, namun bukannya remot yang ia dapat ia malah mendapatkan tape radio milik orang tersebut. Ia pun merasa merana.


Cerita pun beralih ke seorang perempuan India yang bernama Jaggu (Anushka Sharma) dan laki-laki yang bernama Sarfaraz (Sushant Singh Rajput) tengah berebut tiket dari seorang calo untuk menonton pertunjukkan Bachchan Bertemu Bachchan di Belgia. Karena uang mereka tidak cukup, Jaggu pun meminta tolong seorang pria tua yang juga berasal dari India juga untuk mengatasi calo yang berasal dari India pula itu untuk mendapatkan tiket yang dijualnya seharga 100 euro itu (aslinya 40 euro). Si pria tua berhasil mendapatkannya, namun bukannya memberikan tiket itu pada Jaggu, ia malah masuk sendirian ke pertunjukkan. Jaggu pun marah, dan si pria tua itu memanggil security. Sarfaraz pun langsung segera mengajak Jaggu pergi.

Jaggu pun berkenalan dengan Sarfaraz. Mereka senang saling mengenal karena berbahasa yang sama. Namun, saat Sarfaraz mengatakan ia berasal dari Pakistan, Jaggu kehilangan senyumnya. Pada akhirnya mereka pun menjalin hubungan tanpa memandang dari negara mana mereka berasal. Hubungan dengan Sarfaraz ini, diketahui oleh adik Jaggu yang segera memberi tahu (lewat webcam) kedua orang tuanya. Orang tua Jaggu marah anaknya menjalin hubungan dengan orang Islam dari Pakistan. Orang tuanya pun membawa laptopnya ke hadapa Tapasvi-ji (pemuka agama keluarga Jaggu) untuk meminta konsultasi. Tapasvi-ji mengatakan (dalam prediksinya) bahwa Sarfaraz tidak mencintai Jaggu. Sarfaraz yang Islam hanyalah penipu.


Untuk membuktikan bahwa Tapasvi-ji salah, Jaggu pun mengajak Sarfaraz untuk menikah keesokan harinya. Sarfaraz pun siap. Jaggu dating terlebih dahulu ke tempat pencatatan sipil. Di depannya ada seorang perempuan yang sedang menunggu mempelai pria yang tak kunjung datang. Perempuan itu menitipkan seekor kucing dalam keranjang pada Jaggu. Dan tiba-tiba datanglah seorang anak yang memberi sepucuk surat untuk Jaggu. Ternyata surat itu berisi tentang pembatalan pernikahan yang berbeda negara, agama, dan budaya mereka berdua. Jaggu menangis, dan Tapasvi-ji benar bahwa Sarfaraz telah berbohong.

Enam bulan kemudian, Jaggu pun pulang ke Delhi. Ia menjadi seorang reporter TV di sana. Ketika sedang menaiki kereta, ia melihat seorang pria (alien dalam pembuka film) memakai helm putih dan banyak kalung berbandul salib, swastika, dan beberapa symbol agama lainnya sedang membagikan selebaran yang mengatakan bahwa ia kehilangan Tuhan. Jaggu pun tertarik dan ingin mewawancarai orang yang memperkenalkan diri dengan nama PK tersebut (singkatan pee-kay, dalam bahasa Hindi berarti mabuk).


Singkat cerita, PK (Aamir Khan) ini tengah mencari remotnya yang hilang dicuri seperti awal cerita. Namun, setelah meminta tolong polisi, ia malah dikatai mabuk (PK atau pee-kay). Setelah bertanya pada banyak orang tentang remotnya, semua orang menjawab, ‘hanya Tuhan yang dapat menolongmu’, membuatnya bertanya siapa Tuhan ini.

Pada momen inilah yang mulai menarik. PK pun masuk ke satu tempat ibadah yang satu ke tempat yang lain. Ia membawa sesembahan ke dalam kuil dan berdoa pada Tuhan. Ia membawa wine. Ia pun sholat. Tujuannya hanya satu: meminta kepada Tuhan agar remotnya kembali.

Suatu hari di tengah keramai banyak orang, ia bertemu dengan orang yang mirip dengan Dewa Syiwa dan meminta remotnya untuk dikembalikan. Tentu saja orang ini terkejut, karena ia hanya seorang pelakon dalam drama yang memainkan peran sebagai Dewa Syiwa bukan dewa sungguhan. PK pun mengejarnya dan sampai ke sebuah seminar yang diceramahi oleh Tapasvi-ji. Tapasvi-ji mengatakan bahwa ia baru saja dari himalaya dan bertemu Tuhan dan memberikannya sebuah benda yang amat keramat. Benda itu tak lain adalah remot milik PK. PK pun langsung naik ke atas panggung dan mencoba meraih benda miliknya. Tapi, Tapasvi-ji langsung memanggil security dan membuang PK. PK pun berpendapat bahwa Tapasvi-ji adalah seorang pemuka agama yang banyak membual.

PK pun bertemu kembali dengan Jaggu dan mulai bercerita dari mana sebenarnya ia berasal. Mampukah PK menemukan Tuhan? Akan jadi lebih baik kalau Anda menonton film ini secara langsung.

Kontroversi

Film ini pun menuai banyak kritik. Banyak pihak yang tersinggung karena film ini memang menyinggung agama. Adegan yang mungkin membuat beberapa pihak tidak terima adalah ketika PK mendatangi Tapasvi-ji dan menanyakan tentang agama apa yang dianut oleh lima orang yang dibawa oleh PK. Kelima orang tersebut memang memakai baju yang identik dengan Hindu, Katolik, Sikh, Jain, dan Islam. Tapi PK menukar pakaian kelima orang tersebut dan tidak sama dengan agama masing-masing. Pesan yang dimaksudkan dalam adegan ini adalah bahwa seorang yang beragama seringkali terjebak pada pakaian yang dipakai. Hal ini tentu dangkal sekali dalam memandang agama yang baru sampai pada pakaian belum sampai ke hati.

Bagian lain yang menjadi kontroversi adalah salah satu cover film yang menayangkan foto Aamir Khan yang nyaris bugil. Ini pun juga menuai banyak kecaman dari berbagai pihak.


Namun, meskipun mendapat banyak kecaman, toh film PK tetap mampu mencapai box office dan masuk dalam film terlaris di 2014. Tidak saja di India, di Paskita pun film tersebut mendapat sambutan baik. Meski baru empat hari tayang di negara tetangga India tersebut, PK telah berhasil meraup pendapatan sebesar 18 crore atau sekitar Rp36 miliar. Dengan angka tersebut, bukan tidak mungkin PK akan mengalahkan film terlaris sepanjang masa di Pakistan berjudul Waar yang meraih pendapatan 22 crore atau sekitar Rp44 miliar. Demikianlah sebagaimana yang dilansir oleh liputan6.com.

Jadi…

Film yang berdurasi 2,5 jam ini cukup menarik untuk ditonton bagi saya. Karena kita akan diajak untuk membuka mata lebih lebar tentang bagaimana sesungguhnya agama mengajarkan kepada kita. Satu hal yang saya tangkap dari film ini adalah bahwa dalam sebuah agama seringkali ada orang yang memanfaatkan kelebihannya dalam ‘mencapai’ Tuhan (dalam hal ini pemuka agama) memanfaatkan kelemahan iman orang lain demi meraup pundi-pundi uang. Hal inilah yang diluruskan dalam film ini bahwa, dalam agama apapun, kita tak perlu pergi ke seorang pemuka agama untuk menuju Tuhan. Tapi kita sendiri juga bisa secara langsung menuju Tuhan.

Jadi, bagaimana menurut Anda? Tertarik untuk menonton? Silahkan saja. Film ini cocok untuk dijadikan referensi.

Jember, 7 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar