“Kalian sudah SMA begini, seharusnya sudah pandai mengaji.
Eh. ini malah ada seorang murid tidak berwudhu dulu sebelum membaca kitab suci.
Kalian harus malu punya kawan seperti itu. Menghadap Allah itu harus suci.
Membaca kitabNya juga demikian,” terang guru agamaku.
“Pak, kenapa kita harus wudhu segala?” tanyaku.
“Ya, biar suci. Jangan tunjukkan kebodohanmu, Nak,” jawabnya.
“Kenapa harus suci segala, Pak? Suci atau tidak, kan jelas
tidak mengurangi kuasa Allah, Pak,” balasku.
“Ya, karena Allah maunya begitu.”
Aku langsung maju ke depan dan menampar muka guru agamaku.
“Apa-apaan kamu?!! Beraninya kau menampar guru agama!!”
marahnya.
“Ya, Allah maunya begitu, Pak,” balasku.
Surabaya, 30 Juni 2014
Aditya Prahara