Senin, 18 November 2013

Merugi


Aku benar-benar sedih sekarang. Baru saja, aku menyatakan cinta padanya dan aku ditolak. Aku menangis tersedu-sedu di depannya. Tapi hati kecilku berkata:

“Ah, bodoh sekali kau, Adit. Sebagai seorang terpelajar, kau seharusnya mengambil satu kerugian saja. Pertama, kau memang ditolak. Jadi, biarlah kalau ditolak. Kedua, mengapa pula kau menangis jika ditolak? Satu saja sudah cukup. Pilihlah satu kerugian. Jangan serakah. Apa kau hendak menjadi koruptor?”

Lebih baik aku tak usah menangis. Tapi, tiba-tiba dia berujar padaku.

“Janganlah kau menangis, Dit. Kalau macam ini, aku mau jadi kekasihmu. Tapi, jangan menangis lagi.”

Ya, Tuhan, jadi aku harus menangis dulu baru diterima?

Jember, 22 Juni 2011

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar