Aku berada di ruangan yang gelap
dan menyeramkan. Sudah dua jam psikiater ini menginterogasiku seperti maling
ayam.
“Kenapa, Dit?” tanyanya.
Aku diam. Ia memandangku dengan
sinis.
“Mereka bilang kamu anak yang
pintar dan aktif di kelas,” katanya.
“Siapa yang bilang?” tanyaku.
“Guru-guru kamu.”
“Memang.”
“Lantas, kenapa kamu berubah?
Nilai-nilai kamu turun. Kamu bawa belati dan pistol ke sekolah,” ujarnya.
“Kenapa buah jatuh dari pohonnya?”
tanyaku lagi.
Ia terdiam. “Nggak tahu. Memangnya
kenapa?”
“Karena sudah matang,” balasku.
“Tapi, buah bisa dimakan kelelawar
kalau tidak segera diunduh.”
“Itu sebabnya saya bawa pistol dan
belati ke sekolah, Pak,” kataku lagi.
Ia menggeleng-gelengkan kepala.
Jember, 2 Agustus 2011
Aditya Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar