“Abang
nyolongin barang orang terus seperti ini tiada bosan apa?” tanya saya.
“Yang
penting, kita nyuri barang orang kaya. Orang kaya memang harus dicuri
barangnya, kan mereka tidak bersedekah. Kita bantu sedekahin harta mereka ke orang
miskin,” jawab Bang Samsul.
“Tapi
ngapain pula abang ngerampok, nggebukin, nodong senjata, merkosa mereka, Bang?”
“Ya
biar mereka kapok. Supaya kembali ke jalan yang benar. Aku nggak takut sama
manusia, Nang. Aku cuma takut sama Tuhan. Kalau kita membantu orang miskin kan
Tuhan senang.”
“Lah,
memang kalau abang ngerampok, nggebukin, nodong senjata, merkosa, nyuri uang
sesama manusia Tuhan senang? Memangnya kalau kita berani sama sesama manusia
itu artinya abang masih takut sama Tuhan?”
“Ya,
mudah-mudahan aja Tuhan bisa maklum kalau makhluk ciptaannya saling sikut,
Nang. Namanya juga hidup. Perut lapar harus diisi. Jadi manusia kan harus
profesional.”
“Kalau
abang nurutin profesionalisme sebagai manusia macam itu berarti abang nggak
takut sama Tuhan dong?”
Ia
diam.
Surabaya,
6 Juni 2013
Aditya
Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar