Kamis, 21 November 2013

Dusta


Aku berjalan perlahan ke arah utara
Peluh membasahi dahi ini membuatku mengusapnya
Kulihat jalan ini cukup ramai dengan hiruk pikuknya
Namun, kupandangi beberapa orang melihatku jua

Kulihat abang cendol melayani pembeli
Ia kewalahan melayani mereka sendiri
Tiada seorang pun membantunya mengorek panci
Pembeli semakin bringas meminta dilayani sambil memaki
Abang cendol tetap sabar melayani, mengelap peluh di dahi
Caci maki minta dilayani semakin kencang, hawa begitu keji
Terik matari cukup membuat manusia tak dapat mengontrol diri

Aku tergoda membeli cendol jua tapi kuurungkan
Aku ingin terus berjalan

Kulihat abang soto tak jauh berbeda
Dikeroyok masa minta makan demi tiada kelaparan
Abang soto sedikit jengkel manusia itu tanpa etika
Menggebrak gerobak soto dengan keras suasana kacau nian
Panas matari begitu kejam menyiksa kami semua
Tak terkendali beberapa orang membanting mangkok hinggan berceceran

Aku tergoda membeli soto jua tapi
kuurungkan
Aku ingin terus berjalan

Kutemui sebuah persimpangan
Tulisan ‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Di sini agak sepi membuatku sedikit tenang
Ada seorang bapak sedang memperbaiki selokan
Kutanyakan sebuah alamat padanya
“Kau ke arah utara, Nak. Bukan barat.”
Aku mengangguk kuputar arahku

Aku terus melangkah hingga kutemui lagi persimpangan
Tulisan ‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Jalanan agak ramai membuatku sungkan bertanya
Tapi apalah arti sungkan bertanya bila kutersesat
Ada seorang bapak sedang mengatur motor di parkiran
Kutanyakan sebuah alamat padanya
“Kau ke arah timur, Nak. Bukan utara.”
Aku mengangguk kuputar arahku

Aku kembali melangkah hingga kutemui lagi persimpangan
Tulisan ‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Di sini cukup ramai membuatku senang berjumpa orang-orang
Ada seorang bapak sedang berjalan membawa setumpuk koran
Kutanyakan sebuah alamat padanya
“Kau ke arah selatan, Nak. Bukan timur.”
Aku mengangguk kuputar arahku

Aku kembali melangkah hingga kutemui lagi persimpangan
Tulisan ‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Kulihat abang cendol dan soto sudah sepi tiada pembeli
Kupikir aku bisa bertanya salah satu di antara mereka
Kutanyakan sebuah alamat pada abang cendol
Ia tertawa
“Kau dari mana saja? Kulihat tadi kau lewat sini.”
Kujawab adanya
“Mereka berdusta. Coba tanyakan pada penjual soto.”
Aku mengangguk dan kutanyakan pada abang soto
Kutanyakan sebuah alamat padanya
Ia tertawa
“Kau dari mana saja? Kulihat tadi kau lewat sini.”
Kujawab adanya
“Mereka berdusta padamu.”
Abang cendol dan soto masih tertawa

Oh mereka berdusta.

Surabaya, 20 Juni 2013

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar