Aku berjalan perlahan ke arah utara
Peluh membasahi dahi ini membuatku mengusapnya
Kulihat jalan ini cukup ramai dengan hiruk pikuknya
Namun, kupandangi beberapa orang melihatku jua
Kulihat abang cendol melayani pembeli
Ia kewalahan melayani mereka sendiri
Tiada seorang pun membantunya mengorek panci
Pembeli semakin bringas meminta dilayani sambil memaki
Abang cendol tetap sabar melayani, mengelap peluh di
dahi
Caci maki minta dilayani semakin kencang, hawa begitu
keji
Terik matari cukup membuat manusia tak dapat
mengontrol diri
Aku tergoda
membeli cendol jua tapi kuurungkan
Aku ingin
terus berjalan
Kulihat
abang soto tak jauh berbeda
Dikeroyok
masa minta makan demi tiada kelaparan
Abang soto
sedikit jengkel manusia itu tanpa etika
Menggebrak
gerobak soto dengan keras suasana kacau nian
Panas
matari begitu kejam menyiksa kami semua
Tak
terkendali beberapa orang membanting mangkok hinggan berceceran
Aku ingin
terus berjalan
Kutemui
sebuah persimpangan
Tulisan
‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Di sini
agak sepi membuatku sedikit tenang
Ada seorang
bapak sedang memperbaiki selokan
Kutanyakan
sebuah alamat padanya
“Kau ke
arah utara, Nak. Bukan barat.”
Aku
mengangguk kuputar arahku
Aku terus
melangkah hingga kutemui lagi persimpangan
Tulisan
‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Jalanan
agak ramai membuatku sungkan bertanya
Tapi apalah
arti sungkan bertanya bila kutersesat
Ada seorang
bapak sedang mengatur motor di parkiran
Kutanyakan
sebuah alamat padanya
“Kau ke
arah timur, Nak. Bukan utara.”
Aku
mengangguk kuputar arahku
Aku kembali
melangkah hingga kutemui lagi persimpangan
Tulisan
‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Di sini
cukup ramai membuatku senang berjumpa orang-orang
Ada seorang
bapak sedang berjalan membawa setumpuk koran
Kutanyakan
sebuah alamat padanya
“Kau ke
arah selatan, Nak. Bukan timur.”
Aku
mengangguk kuputar arahku
Aku kembali
melangkah hingga kutemui lagi persimpangan
Tulisan
‘belok kiri jalan terus’ membuatku patuh ke kiri
Kulihat
abang cendol dan soto sudah sepi tiada pembeli
Kupikir aku
bisa bertanya salah satu di antara mereka
Kutanyakan
sebuah alamat pada abang cendol
Ia tertawa
“Kau dari
mana saja? Kulihat tadi kau lewat sini.”
Kujawab adanya
“Mereka
berdusta. Coba tanyakan pada penjual soto.”
Aku
mengangguk dan kutanyakan pada abang soto
Kutanyakan
sebuah alamat padanya
Ia tertawa
“Kau dari
mana saja? Kulihat tadi kau lewat sini.”
Kujawab
adanya
“Mereka
berdusta padamu.”
Abang
cendol dan soto masih tertawa
Oh mereka
berdusta.
Surabaya,
20 Juni 2013
Aditya
Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar