Senin, 18 November 2013

Aku dan Kau, Gadisku (Cerita 200 Kata)


Pagi ini, kita berangkat sekolah bersama. Kau minta berangkat bersama. Padahal sekolah kita berbeda. Sekolahku nun jauh di selatan dan sekolahmu nun jauh di utara. Tapi kulakukan itu demi dirimu, gadisku.

Ketika, sampai sekolahmu, banyak yang melirik kita. Kita seperti Edward Cullen dan Isabella Swan rupanya. Kau pun tersenyum malu-malu ketika banyak yang melirik kita. Ah, biarlah.

Kusampaikan padamu aku akan bertanding sepakbola hari ini. Kubilang padamu dan kutawari kau untuk menonton pertandinganku. Kau menerima. Ah, kau memang selalu mendukungku, gadisku.

Kita berangkat bersama. Begitu sampai, teman-temanku meneriakiku. Mereka bilang, “Chie chie.” Aku tak tahu maknanya. Memangnya kita baru jadian ya, gadisku? Ah, iya, baru kemarin kita jadian.

Ketika aku bermain, tak henti-hentinya kau meneriaki dan memberiku semangat. Aku semakin cinta padamu, gadisku. Semakin semangat pula, gadisku. Ketika pertandingan usai, kau orang pertama yang memberiku minum. Kau terus memandangi wajahku yang basah akan keringat ini. Lalu kita duduk bersandar di bawah pohon. Tapi duduk kita berjarak. Kupeluk pundakmu. Tapi kau menghindar.

“Kenapa menghindar?”

“Kau bau.” Tertawalah kau. “Hanya bercanda, ksatriaku.” Kau memeluk pundakku dan mencium pipi kananku. “Ksatriaku, cinta itu tidak peduli bau atau tidak kan? Walaupun kau bau keringat, aku tetap cinta padamu.”

Kucium keningmu. Dan kau tersenyum malu.
Ambulu, 18 Juni 2011

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar