Ilustrasi jendela (Rumahku.com) |
Banyak orang mengatakan udara di
kota kelahiran Bung Karno in memang sangat dahsyat sumuk[1]nya.
Beberapa kali teman saya mengeluhkan hawa Surabaya. Bahkan mereka sudah
menggunakan kipas angin di kamar mereka, namun sepertinya tak menyelesaikan
masalah. Ketika nongkrong, mereka juga kerap kali mengeluhkan hal ini. Namun, bagi
saya ini adalah hal biasa. Surabaya terasa panas adalah hal yang biasa. Namun,
setiap orang memang memiliki rasa yang berbeda akan udara Surabaya. Sampai
sejauh mana orang menilai bahwa udara Surabaya ini begitu panas, itu tergantung
pada orangnya.
Ada pula, seorang teman kuliah
saya mengeluhkan betapa luar biasanya panas Surabaya akhir-akhir ini. Bahkan ia
katakan bahwa kamar di rumahnya sudah menggunakan AC, tetap saja ia merasa
panas.
“Seperti ndak ada gunanya AC di kamar saya,” ucapnya siang itu kala bertemu
saya di tempat parkir kampus FISIP.
“Barangkali kamu tidak rutin
menyervis ACmu. Ia butuh perawatan. Tentu saja dia marah ketika kau tak
merawatnya,” balas saya.
“Mungkin,” katanya singkat.
Di kamar kos saya sendiri, di Jl.
Jojoran III ini, saya hanya menggunakan kipas angin untuk menyelamatkan saya
dari hawa panas. Ini pun jarang saya gunakan, karena saya lebih senang tanpa
kipas angin, kecuali saat tidur. Biarpun kulit saya nantinya dibasahi oleh
keringat, dahi saya penuh peluh, saya jarang menggunakannnya. Tapi, jangan
dikira udara saya ini sudah terbiasa dengan hawa di sini. Berdiam di dalam
kamar saat mengerjakan tugas atau sekedar membaca, akan terasa seperti dikukus.
Berdiamlah di dalam kamar Anda di Surabaya, maka sudah matang jadi manusia
bakarlah Anda. Tapi, saya seringkali menikmatinya.
Dan hari ini, saya rasa Surabaya
mulai bersahabat dengan tak begitu menyengat seperti sediakala. Saya sendiri
sedari pagi tak menyalakan kipas angin. Saya buka jendela kamar saya. Dan
hasilnya hembusan angin dari luar sangat membantu saya untuk tetap bernapas.
Hembusan angin dari luar kamar lebih segar daripada hembusan angin buatan yang
dihasilkan oleh kipas angin. Anda harus mencobanya. Tapi, mungkin Anda sudah
merasakannya. Bagaimana? Segar bukan?
Nah, inilah saatnya untuk
menikmati angin Surabaya yang begitu tenang dan menentramkan jiwa ini. Cukup Anda
buka jendela kamar Anda, maka udara sejuk akan dengan senang hati menyapa Anda.
Saya mulai menikmati hembusan angin yang terasa berbeda dari biasanya ini.
Apalagi, membuka jendala kamar
itu artinya membantu udara di kamar Anda untuk senantiasa tersegarkan.
Pertukaran udara di kamar Anda amat penting untuk membantu kesehatan kamar
Anda, setidaknya itu yang ayah saya katakan.
Jika sudah begini, saya jadi
betah untuk ada di dalam kamar. Menikmati betapa sesungguhnya Tuhan sangat
sayang pada manusianya dengan menghadirkan apa yang dibutuhkan. Saya jadi
semakin betah dan merasa nyaman berada di dalam kamar, sebelum akhirnya saya
harus keluar untuk pergi ke kampus. Mungkin sebaiknya, saya hentikan ini semua
sebelum saya mulai kecanduan.
Banyak orang mengatakan udara
Surabaya itu panas, mungkin iya. Tapi mungkin juga membuat orang jadi merasa
bersyukur ketika mulai menemukan kesejukan di sini.
Tuh kan, hembusan angin menyapa
saya lagi. Semoga saya tak mulai kecanduan.
Surabaya, 5 November
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar