Selasa, 17 November 2015

Sebuah Penolakan

Ilustrasi Penolakan (tribunnews.com)

Akhirnya malam itu tiba juga. Setelah sebulan lebih kami dekat, kali ini aku berniat untuk menjadikannya sebagai kekasihku. Tak perlu ditunda, sudah sepantasnya kami berjalan sebagai sepasang kekasih.

Kami pun tiba di restoran pilihannya. Kami memesan, tak lama makanan datang dan kami langsung menyantapnya. Selesai, inilah saat yang tepat untuk menyatakan cinta.

“Aku ingin bicara padamu,” kataku.

“Kau pikir sedari tadi kita membisu?” guranya diikuti senyum yang amat manis sekali.

“Aku sangat mencintaimu. Maukah kau jadi pacarku?” ucapku tanpa ragu terlontar begitu cepat.

Raut mukanya berubah. Senyumnya sirna. “Maaf. Aku masih mencintai perempuan.”

Ia tersenyum lagi. Ia masih sangat tampan.


Surabaya, 17 November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar