Ilustrasi Penolakan (tribunnews.com) |
Akhirnya malam itu tiba juga.
Setelah sebulan lebih kami dekat, kali ini aku berniat untuk menjadikannya
sebagai kekasihku. Tak perlu ditunda, sudah sepantasnya kami berjalan sebagai
sepasang kekasih.
Kami pun tiba di restoran
pilihannya. Kami memesan, tak lama makanan datang dan kami langsung
menyantapnya. Selesai, inilah saat yang tepat untuk menyatakan cinta.
“Aku ingin bicara padamu,”
kataku.
“Kau pikir sedari tadi kita
membisu?” guranya diikuti senyum yang amat manis sekali.
“Aku sangat mencintaimu. Maukah
kau jadi pacarku?” ucapku tanpa ragu terlontar begitu cepat.
Raut mukanya berubah. Senyumnya sirna.
“Maaf. Aku masih mencintai perempuan.”
Ia tersenyum lagi. Ia masih
sangat tampan.
Surabaya, 17 November
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar