Sebelum
laga yang mempertemukan antara Chelsea vs PSG (12/3) digelar, arsitek Chelsea
Jose Mourinho sesumbar bahwa ia akan menjaga harga diri Premier League dengan
membawa Chelsea lolos ke perempat final Liga Champions. Manajer asal Portugal
itu mengungkapkan bahwa ia tidak bisa membayangkan kalau sampai Inggris tidak
punya wakil di delapan besar Liga Champions.
“Sangat
sulit membayangkan sepak bola Inggris, dengan liga terbaik di dunia, tidak
memiliki satu wakil pun di babak perempat final Liga Champions,” tutur Mourinho
sebagaimana ditulis oleh bola.net.
Pernyataan
ini cukup beralasan mengingat dari tiga wakil Inggris yang tersisa di Liga
Champions (Chelsea, Arsenal, dan Manchester City), hanya Chelsea yang
berpeluang lebih besar untuk lolos ke perempat final dengan menuai hasil imbang
pada leg pertama 16 besar. Sedangkan Arsenal dan Manchester City sama-sama
harus menanggung malu di kandangnya sendiri pada leg pertama lalu.
Tumbal Gol Tandang
Sejak
dibelakukannya peraturan gol tandang di Liga Champions, beberapa klub terpaksa
menghentikan langkahnya di kompetisi. Mereka tersingkir bukan karena mereka
kalah, namun karena hasil imbang pada skor agregat dan mereka kalah jumlah gol
tandang dari lawan mereka.
Di
antara beberapa klub bernasib seperti ini, PSG (Paris Saint-Germain) menjadi
klub yang menjadi tumbal peraturan ini dua musim berturut-turut. Tengok saja,
pada Liga Champions 2012-13, PSG harus rela menghentikan langkahnya di pentas
tertinggi Eropa ini hanya sampai perempat final setelah laga melawan Barcelona
berakhir dengan skor agregat 3-3. Skor agregat imbang memang mereka dapat,
namun mereka kalah gol tandang. Lebih uniknya lagi mereka ‘kalah’ bukan karena
mereka kalah. Pasalnya pada leg pertama mereka mengakhiri laga melawan
Barcelona dengan skor 2-2 di Parc de Princes dan leg kedua dengan skor 1-1 di
Camp Nou.
Pada
musim 2013-14 pun juga demikian. PSG kembali menjadi tumbal gol tanda setelah
mengakhiri perlawan Chelsea di perempat final dengan skor agregat 3-3. Agak
sedikit berbeda dengan musim sebelumnya, pada leg pertama berakhir dengan skor
kemenangan 3-1 bagi PSG di Parc de Princes dan leg kedua dengan skor 2-0 untuk
Chelsea di Stamford Bridge.
Pada
babak 16 besar musim ini, PSG harus rela undian menjodohkannya lagi dengan
Chelsea seperti musim lalu. Dengan dibayang-bayangi oleh masa lalu yang tak
memihak padanya, pantas kiranya PSG perlu hati-hati. Bayang-bayang gugur karena
menjadi korban dan bukannya karena kalah menjadi beban bagi PSG. Namun ternyata
kali ini hasil sebaliknya yang mereka raih.
Jalannya Pertandingan
PSG
menjalani laga leg kedua melawan Chelsea di babak 16 Liga Champions musim ini
dengan modal yang tidak menguntungkan. Pada leg pertama mereka di Parc
Princess, mereka hanya meraih hasil imbang dengan skor 1-1. Ini berarti cukup
dengan skor kacamata Chelsea bisa lolos ke perempat final. Berbeda dengan PSG
yang wajib menang atau imbang dengan keunggulan gol tandang.
Pertandingan
yang berlangsung di Stamford Bridge pada Kamis (12/3) itu bejalan dengan cukup
keras dan cenderung dramatis. Selain itu, keputusan kontrovesial dari wasit Bjorn
Kuipers juga menghiasi laga ini.
Tempo
yang melambat membuat pertandingan terkesan memobosankan. Meski tak tampil
definsif, kedua tim memiliki peluang minim untuk bisa menembus barisan
pertahanan lawan. Bola lebih banyak dimainkan di lini tengah dan terkadang
melebar ke sayap.
Kontroversi
mulai terjadi di menit ke-32. Ibrahimovic harus rela diusir dari lapangan
setelah ia berebut bola liar dan bertabrak dengan Oscar. Sebenarnya tayangan
ulang menunjukkan bahwa kedua pemain sama-sama memiliki peluang untuk
mendapatkan bola. Namun mungkin Bjorn Kuipers termakan tipuan Oscar yang merasa
kesakitan sehingga membuat wasit asal Belanda itu mengeluarkan kartu merah
untuk Ibra. Wasit juga kembali membuat keputusan kontroversi saat Diego Costa
dijatuh oleh Cavani di kotak penalti. Wasit tidak menganggapnya sebagai sebuah
pelanggaran. Alhasil, skor kacamata mengakhiri babak pertama.
Bermain
dengan sepuluh pemain membuat PSG tampil lebih agresif untuk bisa lolos.
Pertandingan berjalan mulai keras dengan dikelurkannya empat kartu kuning. Publik
Stamford Bridge akhirnya bergemuruh setelah Gary Cahill berhasil menceploskan
bola gawang dalam situasi kemelut di muka gawang pada menit ke-81. Lima menit
berselang, giliran pendudukan PSG yang bersorak. Kali ini David Luiz yang
berhasil mencetak gol lewat tandukan dengan memanfaat tendengan sudut Lavezzi. David
Luiz juga tidak malu-malu untuk mencetak ke gawang mantan klubnya itu dengan
melakukan selebrasi seolah ingin berkata pada Mourinho bahwa Mourinho salah
telah ‘membuangnya’. Skor agregat 2-2 memaksa kedua tim melanjutkan
pertandingan ke babak perpanjangan waktu.
Hanya
enam menit memasukan babak perpanjangan waktu, Chelsea mendapat hadiah penalti handsball Thiago Silva. Hazard maju
sebagai eksekutor pun sukses menunai tugasnya. Skor 2-1 untuk Chelsea. Memasuki
sepuluh menit menjelang berakhirnya babak perpanjangan waktu, kapten Thiago
Silva membayar kesalahannya. Setelah sundulan pertamanya berhasil diselamat
oleh Thibaut Courtois, Thiago Silva berhasil memperdaya kiper asal Belgia itu
pada usaha kedua dan menbuat skor menjadi 2-2. Chelsea berusaha untuk
meningkatkan serangan namun tak ada gol lagi yang tercipta di waktu yang
tersisa. Skor agregat 3-3 pun membuat Chelsea menjadi wakil Inggris yang lebih
dulu menghentikan langkah di babak 16 besar. Dan duo bek Brazil mengantarkan
PSG mengakhir kutukannya. David Luiz pun dinobatkan sebagai Man of the Match dalam laga ini.
Reaksi Pelatih
Pelatih
PSG, Laurent Blanc memuji anak asuhnya. Pelatih berpaspor Perancis ini mengaku
bahwa kartu merah Ibrahimovic justru memacu anak buahnya untuk dapat
memenangkan pertandingan.
"Ini
merupakan kegembiraan yang luar biasa. Para pemain sudah siap dan melakukan
kerja yang hebat. Mereka memainkan laga yang luar biasa dari awal hingga akhir.
Kami memang sempat mendapat pukulan berat kala Ibra dikartu merah, namun saya
merasa hal itu membuat pemain makin semangat di paruh kedua. Pertandingan tadi
sedikit gila, dan penampilan kami amat hebat. Saya harus melihat statistik dan
melihat semuanya. Bahkan ketiga laga dimainkan 10 lawan 11, kami mampu efisien.
Ini malam yang hebat untuk semua suporter Prancis. Kami melakukan sesuatu yang
hebat," tutur Blanc pada Infosport.
Pelatih
Chelsea, Jose Mourinho juga menganggap bahwa kartu merah Ibrahimovic
menguntungkan PSG. Ia juga mengakui bahwa anak buah bermain buruk pada
pertandingan ini dan PSG bermain lebih baik daripada Chelsea.
"Benar
bahwa kami memegang kendali dan hasil pertandingan dua kali, tapi lawan kami
lebih kuat. Mereka bisa mengatasi tekanan dengan lebih baik dibanding kami.
Saya rasa, saat mereka bermain dengan 10 pemain, kami mendapat tekanan ekstra
untuk menang," terang pria Portugal ini kepada Sky Sports. Hasil ini pun membuatnya harus rela mengubur mimpi
untuk menjuarai Liga Champions musim ini.
Ke Manakah Para Striker?
Pada
pertandingan tersebut, tak ada satu pun striker yang berhasil mencetak gol.
Menariknya tiga dari empat yang tercipta di laga tersebut dicetak oleh bek yang
notabene bertugas di barisan pertahanan. Kebuntuan masing-masing barisan
penyerang membuat pertandingan kedua tim kesulitan untuk mencetak gol. Bola
memang terkesan tertahan di tengah. Terbukti dengan gol yang diciptakan pada
menit-menit akhir dan diciptakan oleh pemain bertahan mengesankan barisan
penyerang seperti mati kutu.
Kedua
tim bukannya tidak memiliki striker yang hebat. PSG dan Chelsea yang dikenal
sebagai klub yang doyan royal dalam membeli pemain ini memiliki segudang pemain
top di barisan penyerang. Tengok saja Ibrahimovic dan Cavani di PSG dan Diego
Costa di Chelsea. Namun, mereka seperti gagal menunjukkan kemampuannya. Satu
gol yang dihasilkan oleh pemain yang bukan bek pun merupakan gol yang dicetak
dari titik putih oleh Hazard yang merupakan seorang pemain sayap.
Ini
harus menjadi catatan penting bagi kedua tim. Kebuntuan kedua tim harus segera
ditangani dan dicari jalan keluarnya agar barisan penyerang dapat kembali unjuk
kebolehan dan menujukkan kemampuannya.
Surabaya,
12 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar