Apa yang ada di dalam
pikiran Anda ketika mendengar kata ‘donor darah’? Jarum? Sakit? Atau darah? Ya,
donor darah memang pasti berhubungan dengan darah, masak sama jus alpukat. Bagi
sebagian orang, donor darah masih merupakan hal yang tidak mengenakkan. Maka
tak jarang orang-orang ini akan menolak jika disuruh atau ditawari untuk donor
darah. Alasannya sederhana, takut jarum. Ya, sama seperti saya.
Sejujurnya sudah lama
saya ingin donor darah. Dulu saat masih SMA, sekolah saya pernah mengadakan acara
donor darah. Ingin ikut rasanya. Namun bila ingat jarum, saya langsung
mengurungkan niat saya itu. Bahkan kalau tidak salah, terakhir kali saya
disuntik adalah ketika saya dikhitan waktu SD. Payah juga saya ini ya. Akhirnya
saya coba untuk memberanikan diri mencoba mendonor darah. Dan hasilnya, saya
ditolak. Alasannya karena saya masih di bawah 17 tahun. Kecewa sekaligus
senang. He-he-he.
Dan, akhirnya saya pun
donor darah untuk pertama kalinya. Cerita berawal dari beberapa minggu yang
lalu saat saya pesan tiket kereta dari Surabaya ke Jember. Untuk memesan tiket,
penumpang diharuskan untuk mencantumkan nomor KTP. Mau tidak mau saya keluarkan
KTP saya. Saya pandangi satu per satu setiap kolom di KTP. Ternyata ada satu
kolom yang posisi agak berbeda, yakni kolom golongan darah. Kolom golongan
darah terletak hampir mendekati foto saya. Saya baca golongan darah saya O. Dan
saya baru ingat kalau selama ini saya belum pernah donor darah. Saya pun
berencana sekembalinya saya ke Surabaya nanti, saya akan donor darah.
Karena lupa mencatat,
saya pun lupa dengan niat saya itu. Berminggu-minggu kemudian barulah ingat.
Tepatnya kemarin Rabu. Secara tiba-tiba, tidak ada hujan tidak ada angin, saya
ingat kalau saya punya rencana untuk donor darah di kota tempat saya kuliah
ini. Akhirnya saya pun tanya-tanya kepada teman-teman saya yang pernah donor
darah. Mereka dengan senang hati memberi tahu cara untuk donor darah. Sebuah
raut wajah bangga menghiasi cerita mereka. Saya pun mulai yakin, dan tak perlu
takut jarum. Sempat juga salam seorang teman menyindir saya yang sampai kuliah
semester 6 ini saya belum juga donor darah.
“Wedi mbarek jarum suntik a koen, Dit?” timpal salah seorang teman
saya.
Saya hanya tersenyum
mendengarnya.
“Ah
gocik, c*k!” tambahnya. Dan mereka pun tertawa.
Tak lupa teman-teman
saya memberikan alamat PMI Surabaya yang terletak di Jl. Embong Ploso. Ancer-ancernya dekat monumen bambu
runcing lah pokoknya.
“Pokok
koen nang bambu runcing. Nah, kiri jalane bambu runcing iku onok dalan. Mlebuo
ngiri iku. Nok pinggir dalan pokoke. Nek gak ngerti yo takono, ojo mbidek,” tambah
seorang teman yang lain.
Saya pun mulai semangat
mendengar bambu runcing. Bayangkan! Bambu runcing itu alat yang dipakai untuk
melawan orang-orang kulit putih yang tidak berkeprimanusiaan demi kemanusiaan.
Saya harus semangat. Donor darah juga untuk kemanusiaan.
Sampai tempat kos, saya
langsung berselancar di dunia maya untuk memastikan informasi yang saya dapat
itu. Tambahan informasi tentang donor darah pun berhasil meyakinkan saya untuk
melakukannya. Karena berdasarkan sebuah tulisan yang saya baca, donor
darah punya banyak manfaat. Manfaat langsung jelas bisa membantu orang yang
sedang membutuhkan darah. Selain itu juga bisa membantu regenerasi sel darah
merah. Ada juga syarat donor darah di bawah ini:
1. Berbadan sehat.
2. Berusia 17 - 65
Tahun.
3. Berat Badan minimal
45 Kg
4. Tidak sedang
menderita penyakit
5. Wanita : tidak
sedang hamil dan menyusui
6. Jarak waktu mendonor
sekurang-kurangnya 3 bulan
Kamis (19/3) sekitar
pukul 1 siang, saya pun langsung melaksanakan niat saya itu. Bambu runcing
belok kiri dan ketemu deh PMI Surabaya. Langsung saya parkir motor saya. Di
dekat parkir motor ada spanduk yang berisi pengumuman.
Saya pun masuk gedung
PMI ini. Saya melihat ada beberapa orang di ruang tunggu. Saya menlihat-melihat
sekitar dulu. Dan mata saya tertuju pada beberapa formulir di sebuah meja kaca
berisi kertas-kertas yang ternyata adalah formulir. Beginilah kira-kira langkah
atau cara untuk donor darah sesuai pengalaman saya tadi.
1. Isi
formulir. Gunakan formulir warna biru untuk pertama kali.
Sedangkan warna putih untuk yang sudah pernah donor darah. Saya isi deh
formulir yang saya ambil itu.
2. Ke
loket pendaftaran. Saya pun menyerahkan formulir yang baru saya
isi kepada petugas pendaftaran. Setelah itu duduk di tempat yang disediakan
sembari menunggu nama saya dipanggil.
3. Pemeriksaan
HB dan golongan darah. Setelah nama saya dipanggil, saya langsung
menuju tempat pemeriksaan. Akan ada petugas yang menginterogasi menanyai
apakah saya sedang sakit pilek atau batuk. Atau mungkin sedang minum obat tiga
hari belakangan. Setelah itu saya diminta untuk membuka telapak tangan. Saya
menduga pasti akan diambil sampel darahnya. Dan tiba-tiba saja ada sebuah alat
seperti pulpen menembak telunjuk saya.
4. Ke
ruang dokter.
Di
ruangan ini saya ditanyai beberapa riwayat penyakit saya. Minum alkohol atau
tidak. Setelah itu dokter memeriksa tekanan darah saya. Setelah selesai, saya
diberi kertas berwarna merah dan putih. Tidak saya baca karena saya sudah tidak
sabar untuk mendonor.
5. Cuci
lengan. Langsung deh menuju tempat cuci lengan. Tempat ini
mirip tempat cuci makan di beberapa rumah makan. Di sana tertulis untuk mencuci
kedua lengan, tidak satu saja.
6. Masuk
ruang donor. Di tempat ini saya melihat ada beberapa
orang sedang berbaring diambil darah. Terlihat ada selang yang terhubung ke
lengan mereka. Saya pun menuju tempat yang kosong dan di sana ada petugas yang
akan siap menyedot darah saya. Saya pun berbaring. Untuk melawan ketakutan,
saya melihat sendiri jarum itu menusuk lengan saya. Terasa sedikit nyeri. Tak
lama kemudian darah pun mengalir ke selang. Rasanya ada nyerinya. Kurang lebih 15
menit darah saya diambil.
7. Kembali
ke tempat pendaftaran. Saya pun menuju tempat pendaftaran
lagi untuk mendapatkan kartu donor.
8. Menuju
ruangan pasca donor. Ini nih tahapan terakhir di sini.
Setelah selesai semua, saya menuju ruang pasca donor (di pintu tulisannya
begitu) untuk mendapat snack. Malah
serasa menjual darah ini. Saya mendapat sebuah kotak makanan dan sebuah mie
intan. Kotak makanan berisi susu cair, roti, dan multivitamin.
Dan dengan demikian,
selesai sudah semuanya. Akhirnya saya donor darah juga. Hanya saja saya
menyayangkan PMI yang memberi saya mie instan dan susu cair. Setahu saya mie
instan ini kan gerbang menujuk kerusakan tubuh. Belum lagi susu cair berkemasan
kotak buatan pabrik ini juga demikian. Kan lebih sehat susu segar. Sedikit
koreksi dari saya sih.
Nah, sekarang tunggu
apa lagi. Kini giliran Anda untuk donor darah. Untuk yang takut jarum, tenang
saja, mereka bukan vampir kok. Dengan donor darah kita bisa banyak membantu
banyak orang yang membutuhkan darah. Ayo donor darah!
Surabaya, 19
Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar