Kamis, 19 Maret 2015

Akhirnya Saya Donor Darah


Apa yang ada di dalam pikiran Anda ketika mendengar kata ‘donor darah’? Jarum? Sakit? Atau darah? Ya, donor darah memang pasti berhubungan dengan darah, masak sama jus alpukat. Bagi sebagian orang, donor darah masih merupakan hal yang tidak mengenakkan. Maka tak jarang orang-orang ini akan menolak jika disuruh atau ditawari untuk donor darah. Alasannya sederhana, takut jarum. Ya, sama seperti saya.

Sejujurnya sudah lama saya ingin donor darah. Dulu saat masih SMA, sekolah saya pernah mengadakan acara donor darah. Ingin ikut rasanya. Namun bila ingat jarum, saya langsung mengurungkan niat saya itu. Bahkan kalau tidak salah, terakhir kali saya disuntik adalah ketika saya dikhitan waktu SD. Payah juga saya ini ya. Akhirnya saya coba untuk memberanikan diri mencoba mendonor darah. Dan hasilnya, saya ditolak. Alasannya karena saya masih di bawah 17 tahun. Kecewa sekaligus senang. He-he-he.

Dan, akhirnya saya pun donor darah untuk pertama kalinya. Cerita berawal dari beberapa minggu yang lalu saat saya pesan tiket kereta dari Surabaya ke Jember. Untuk memesan tiket, penumpang diharuskan untuk mencantumkan nomor KTP. Mau tidak mau saya keluarkan KTP saya. Saya pandangi satu per satu setiap kolom di KTP. Ternyata ada satu kolom yang posisi agak berbeda, yakni kolom golongan darah. Kolom golongan darah terletak hampir mendekati foto saya. Saya baca golongan darah saya O. Dan saya baru ingat kalau selama ini saya belum pernah donor darah. Saya pun berencana sekembalinya saya ke Surabaya nanti, saya akan donor darah.

Karena lupa mencatat, saya pun lupa dengan niat saya itu. Berminggu-minggu kemudian barulah ingat. Tepatnya kemarin Rabu. Secara tiba-tiba, tidak ada hujan tidak ada angin, saya ingat kalau saya punya rencana untuk donor darah di kota tempat saya kuliah ini. Akhirnya saya pun tanya-tanya kepada teman-teman saya yang pernah donor darah. Mereka dengan senang hati memberi tahu cara untuk donor darah. Sebuah raut wajah bangga menghiasi cerita mereka. Saya pun mulai yakin, dan tak perlu takut jarum. Sempat juga salam seorang teman menyindir saya yang sampai kuliah semester 6 ini saya belum juga donor darah.

Wedi mbarek jarum suntik a koen, Dit?” timpal salah seorang teman saya.

Saya hanya tersenyum mendengarnya.

“Ah gocik, c*k!” tambahnya. Dan mereka pun tertawa.

Tak lupa teman-teman saya memberikan alamat PMI Surabaya yang terletak di Jl. Embong Ploso. Ancer-ancernya dekat monumen bambu runcing lah pokoknya.

“Pokok koen nang bambu runcing. Nah, kiri jalane bambu runcing iku onok dalan. Mlebuo ngiri iku. Nok pinggir dalan pokoke. Nek gak ngerti yo takono, ojo mbidek,” tambah seorang teman yang lain.
Saya pun mulai semangat mendengar bambu runcing. Bayangkan! Bambu runcing itu alat yang dipakai untuk melawan orang-orang kulit putih yang tidak berkeprimanusiaan demi kemanusiaan. Saya harus semangat. Donor darah juga untuk kemanusiaan.

Sampai tempat kos, saya langsung berselancar di dunia maya untuk memastikan informasi yang saya dapat itu. Tambahan informasi tentang donor darah pun berhasil meyakinkan saya untuk melakukannya. Karena berdasarkan sebuah tulisan yang saya baca, donor darah punya banyak manfaat. Manfaat langsung jelas bisa membantu orang yang sedang membutuhkan darah. Selain itu juga bisa membantu regenerasi sel darah merah. Ada juga syarat donor darah di bawah ini:

1. Berbadan sehat.
2. Berusia 17 - 65 Tahun.
3. Berat Badan minimal 45 Kg
4. Tidak sedang menderita penyakit
5. Wanita : tidak sedang hamil dan menyusui
6. Jarak waktu mendonor sekurang-kurangnya 3 bulan

Kamis (19/3) sekitar pukul 1 siang, saya pun langsung melaksanakan niat saya itu. Bambu runcing belok kiri dan ketemu deh PMI Surabaya. Langsung saya parkir motor saya. Di dekat parkir motor ada spanduk yang berisi pengumuman.


Saya pun masuk gedung PMI ini. Saya melihat ada beberapa orang di ruang tunggu. Saya menlihat-melihat sekitar dulu. Dan mata saya tertuju pada beberapa formulir di sebuah meja kaca berisi kertas-kertas yang ternyata adalah formulir. Beginilah kira-kira langkah atau cara untuk donor darah sesuai pengalaman saya tadi.

1. Isi formulir. Gunakan formulir warna biru untuk pertama kali. Sedangkan warna putih untuk yang sudah pernah donor darah. Saya isi deh formulir yang saya ambil itu.

2. Ke loket pendaftaran. Saya pun menyerahkan formulir yang baru saya isi kepada petugas pendaftaran. Setelah itu duduk di tempat yang disediakan sembari menunggu nama saya dipanggil.


3. Pemeriksaan HB dan golongan darah. Setelah nama saya dipanggil, saya langsung menuju tempat pemeriksaan. Akan ada petugas yang menginterogasi menanyai apakah saya sedang sakit pilek atau batuk. Atau mungkin sedang minum obat tiga hari belakangan. Setelah itu saya diminta untuk membuka telapak tangan. Saya menduga pasti akan diambil sampel darahnya. Dan tiba-tiba saja ada sebuah alat seperti pulpen menembak telunjuk saya.

4. Ke ruang dokter. Di ruangan ini saya ditanyai beberapa riwayat penyakit saya. Minum alkohol atau tidak. Setelah itu dokter memeriksa tekanan darah saya. Setelah selesai, saya diberi kertas berwarna merah dan putih. Tidak saya baca karena saya sudah tidak sabar untuk mendonor.

5. Cuci lengan. Langsung deh menuju tempat cuci lengan. Tempat ini mirip tempat cuci makan di beberapa rumah makan. Di sana tertulis untuk mencuci kedua lengan, tidak satu saja.

6. Masuk ruang donor. Di tempat ini saya melihat ada beberapa orang sedang berbaring diambil darah. Terlihat ada selang yang terhubung ke lengan mereka. Saya pun menuju tempat yang kosong dan di sana ada petugas yang akan siap menyedot darah saya. Saya pun berbaring. Untuk melawan ketakutan, saya melihat sendiri jarum itu menusuk lengan saya. Terasa sedikit nyeri. Tak lama kemudian darah pun mengalir ke selang. Rasanya ada nyerinya. Kurang lebih 15 menit darah saya diambil.

7. Kembali ke tempat pendaftaran. Saya pun menuju tempat pendaftaran lagi untuk mendapatkan kartu donor.


8. Menuju ruangan pasca donor. Ini nih tahapan terakhir di sini. Setelah selesai semua, saya menuju ruang pasca donor (di pintu tulisannya begitu) untuk mendapat snack. Malah serasa menjual darah ini. Saya mendapat sebuah kotak makanan dan sebuah mie intan. Kotak makanan berisi susu cair, roti, dan multivitamin.

Dan dengan demikian, selesai sudah semuanya. Akhirnya saya donor darah juga. Hanya saja saya menyayangkan PMI yang memberi saya mie instan dan susu cair. Setahu saya mie instan ini kan gerbang menujuk kerusakan tubuh. Belum lagi susu cair berkemasan kotak buatan pabrik ini juga demikian. Kan lebih sehat susu segar. Sedikit koreksi dari saya sih.

Nah, sekarang tunggu apa lagi. Kini giliran Anda untuk donor darah. Untuk yang takut jarum, tenang saja, mereka bukan vampir kok. Dengan donor darah kita bisa banyak membantu banyak orang yang membutuhkan darah. Ayo donor darah!


Surabaya, 19 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar