Pernahkan
Anda membeli barang atau jasa? Pasti setiap hari. Masyarakat modern mana yang
tidak membeli setiap hari? Sehari-hari kita sebagai masyarakat era kekinian
pasti melakukan pembelian barang atau jasa. Apalagi kebutuhan di era ini makin
beragam saja. Sebut saja makanan, minuman, pulsa, listrik, biaya pendidikan,
internet, pakaian, dan lain sebagainya. Namun apakah Anda juga berjualan setiap
hari? Tidak semuanya akan menjawab iya karena memang tidak semua dari kita
adalah pedagang yang menjual barang atau jasa.
Namun,
di era modern ini ada satu hal yang tidak bisa diatasi oleh semua orang yaitu,
penipuan. Hampir setiap hari pasti ada orang yang berbohong di sekeliling kita
entang tentang apapun itu. Pun demikian dengan penipuan yang bertujuan
mendapatkan rupiah. Modusnya pun beragama mengikuti perkembangan teknologi. Penipuan
ini tidak bisa diatasi begitu saja, kitalah yang harus mencegahnya dengan cara jangan
sampai menjadi korban. Namun pernahkan Anda ditipu oleh penjual ketika Anda
membeli barang atau jasanya? Saya pernah mengalaminya.
Kejadian
ini terjadi sekitar setahun lalu. Hal ini terjadi berawal dari laptop saya yang
menggunakan windows 7 ini bermasalah. Masalah muncul ketika tiba-tiba ikon
pengisian baterai menunjukkan tanda silang merah. Lantas saya arahkan kursor
menuju ikon tersebut dan tertulislah “Plugged
in, not charging. Consider replacing your battery”. Saya pun menganggap
baterai laptop saya sudah sepantasnya diganti. Karena era kekinian era online, saya pun segera mencari tahu
masalah pada laptop saya ini lewat Mbah
Google. Ternyata kasus ini memang sering terjadi pada windows 7. Untuk
memulihkannya, diperlukan beberapa cara. Jika cara itu berjalan dengan lancar,
dan ikon pengisian baterai kembali normal itu artinya baterai masih bisa
dipakai dan tidak perlu diganti. Namun kalau ikon pengisian baterai masih
menunjukkan tanda silang, itu artinya baterai memang perlu diganti.
Saya
pun langsung menjajalnya, dan ternyata ikonnya kembali sedia kala. Saya pun
lega karena tidak perlu merogoh kocek untuk membeli baterai laptop baru. Tiga
hari kemudian, takdir berkata lain. Ikon tersebut kembali memiliki tanda
silang. Saya pun mencoba mengulangi tips yang saya dapatkan sebelumnya. Dan
kali ini ikon tersebut tidak kembali normal. Saya mengulanginya sampai tiga
kali dan sia-sia saja.
Saya
pun dilema, haruskah saya membeli baterai baru? Karena memang pada kondisi
seperti ini laptop saya masih bisa dipakai selama charger masih terhubung ke laptop. Tapi kondisi memiliki beberapa
kekurangan. Pertama laptop saya tidak bisa mobile
seperti sebelumnya. Saya jelas sangat bergantung pada colokan. Colokan tidak
ada atau charger tidak menancap,
laptop akan mati. Kedua, bagaimana jika di tengah-tengah mengerjakan tugas atau
hal penting lainnya, tiba-tiba listik padam? Ya mungkin data saya masih akan
tersimpan, tapi jelas kondisi tersebut membuat saya tidak nyaman. Akhirnya saya
putuskan untuk membeli baterai baru untuk laptop saya. Karena saya jelas
membutuhkan laptop ini untuk tugas-tugas kuliah. Terpaksa deh tabungan saya
berkurang.
Saya
pun langsung mengunjungi beberapa lapak jual-beli online. Syukur Alhamdulillah, ternyata ada yang menjual betarai
untuk tipe laptop saya yang juga beralamat di Surabaya. Saya pun langsung
menghubungi si penjual. Penjual bilang barangnya ada. Sebelum membeli, saya pun
memastikan kepadanya bahwa barangnya asli. Ternyata dia bilang dia memang menyediakan
yang asli tapi harganya mencapai 1 juta lebih. Sedangkan kalau mau yang murah
harganya ‘cuma’ 700an ribu tapi itu KW. Sebenarnya saya merasa berat hati.
Masak uang sebanyak itu dipakai untuk beli baterai laptop (maklum mahasiswa
rantau).
Dengan
segala rayuan manis si pembeli saya pun akhirnya setuju untuk membeli si
baterai yang katanya berkualitas KW super seharga 700 ribu itu. Kami sepakat
untuk melakukan COD (Cash On Delivery) yang artinya si penjual mengirim barang
itu dulu ke tempat yang telah kami sepakati, jika saya memang jadi membeli, baru
saya membayar barang yang saya beli itu di tempat. Si penjual menanyakan sebuah
alamat dan saya beri alamat kos saya.
Sebenarnya
untuk urusan teknologi seperti saya tidak begitu cakap. Ya patut dibilang saya
ini gagap tekonologi (gaptek). Jadi saya memang tidak tahu baterai yang dibawa
si penjual kualitasnya bagus atau tidak. Tapi karena memang kebutuhan mendesak,
saya pun langsung sepakat untuk
membelinya. Si penjual juga mengatakan garansi baterai ini hanya tiga bulan.
Bila dalam jangka waktu tersebut ada sesuatu yang terjadi langsung saja lapor.
Saya pun jadi merasa tenang.
Jadilah
hari-hari saya diisi oleh ‘keluarga baru’ dalam kehidupan saya. Saya menyimpan
baterai ori yang rusak itu di laci meja belajar saya. Dan memang laptop saya
menjadi sembuh kembali seperti sedia kala.
Suatu
ketika seorang teman kuliah saya (tidak perlu saya sebutkan namanya dan tenang
saja laki-laki juga kok) sedang ingin meminjam buku dan datang ke tempat kos
saya. Ternyata teman saya ini datang kemari tidak hanya ingin meminjam buku, tapi
juga istirahat. Akhirnya kami pun banyak mengobrol. Di tengah obrolan itu, saya
ingat bahwa dia cukup banyak tahu tentang komputer. Saya pun memamerkan baterai
laptop saya. Percakapan kami menggunakan Bahasa Jawa.
“Aku
baru saja beli baterai laptop baru nih,” pamer saya.
“Oh
iya? Coba lihat, Dit? Berapa kamu beli?” tanyanya.
“700
ribu,” jawab saya sambil melepas baterai laptop dan menunukkannya pada teman
saya itu.
“Ori
nggak nih?” tanyanya lagi.
“Kata
penjualnya sih KW. Tapi KW super lho,” balas saya bangga.
“Hah!”
tiba-tiba dia memekik. “Kena tipu kamu, Dit. Harga segitu sudah bisa dapat yang
ori. Kalau KW yang sekitar 100 ribu sampai 300 ribu.”
Saya
terkejut juga tapi saya tidak ingin terlihat kikuk di depannya. Saya pun
mejelaskan dulu tentang masalah laptop saya. Sepanjang penjelasan saya ia hanya
tersenyum melihat ketololan saya menghadapi masalah ini. Akhirnya ia
menjelaskan panjang lebar solusi untuk kasus saya.
“Pertama
memang begitu. Dari segi harga kamu sudah ditipu. Sebenarnya penjual juga tidak
salah sih, dia punya barang, memberi tahu nominal harga, dan kamu setuju.
Untung besar tuh si penjual,” ujarnya sambil senyum menggoda saya. “Nah untuk
masalah baterai ini sebenarnya bisa diakali dengan membeli sel.”
Saya
mulai bingung.
“Nggak
akan ngerti kamu. Intinya ada solusi yang jauh lebih murah dan berkualitas
dibanding membeli baterai ini dengan harga yang bisa dipakai makan anak kos
untuk tiga minggu hingga satu bulan.” Lagi-lagi ia menggoda.
Saya
pun terperanjat. Merutuki diri sendiri dan menyesal kenapa saya sampai sebodoh
ini.
“Kamu
pun harusnya tanya-tanya dulu sama yang lebih paham. Kalau begini kan menyesal.
Teknologi memang ladang emas bagi orang yang punya niat jahat. Karena masih
banyak masyarakat kita yang belum paham betul teknologi, itulah santapan
mereka. Berjualan sesuatu dan kalau tidak tahu kita jadi sasaran penipuan deh,”
terangnya.
“Tapi
aku tidak ditipu kan? Orangnya bilang ini memang KW,” belaku.
“Iya
kamu tidak ditupu. Baterai ini memang KW, dan orangnya bilang KW. Tapi soal
harga, jelas untuk banyak kan dia?”
Saya
sebenarnya tidak tertipu karena memang itu karena kesalahan saya. Tapi di luar
sana jelas ada banyak penjual yang menjual barang atau jasa tidak sesuai dengan
keadannya. Antara ucapan dan kondisi barang tidak sesuai, nah ini yang
jelas-jelas penipuan.
Semenjak
kejadian itu saya jadi lebih waspada dalam membeli barang apapun. Penjual yang
menipu pembeli memang ada di mana-mana. Apalagi kini konsep ini telah membudaya
di mana-mana pula. Saya tidak menuduh bahwa semua penjual pasti penipu. Namun
kita sebagai pembeli hendaknya lebih berhati-hati ketika membeli barang apa pun
itu. Pertama, tanyakan dulu pada yang lebih mengerti. Kedua, jangan lupa survei
harga dengan melakukan perbandingan harga antara satu penjual dengan penjual
yang lain. Ketiga, ang tak kalah penting adalah periksa dulu bagaimana kualitas
barang yang akan Anda beli. Bagi penjual yang suka menipu, jangan mengeluh pada
saya kalau omsetnya berkurang. Jauh lebih baik kalau menjual sesuatu apa pun
itu tanpa menipu, bukan?
Dan
pada akhirnya, baterai ‘KW super’ itu kini sudah ‘pergi’.
Jember,
31 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar