Martunis (kiri) Bersama Ronaldo |
Sepuluh tahun yang lalu, 26 Desember 2004. Indonesia tersentak oleh sebuah peristiwa bencana alam yang mengerikan. Tsunami. Begitulah namanya. Bencana alam yang memporak-porandakan Nangroe Aceh Darussalam itu seolah menampar pemerintah kita ketika masih sedang dalam suasana hiruk-pikuk pemilu 2004.
Tsunami yang berasal dari Samudra Hindia itu tidak hanya meluluhlantakkan Aceh, namun juga sebagian Sumatera Utara, Sri Lanka, India, Thailand dan beberapa negara di sekitarnya. Korban terparah ada Indonesia dengan korban jiwa sebanyak 160.000 jiwa. Nah, dari peristiwa ini, Tsunami di Aceh mengisahkan sebuah kisah membuat kita terharu.
Pada 15 Januari 2005, seorang bocah bernama Martunis, ditemukan oleh sekelompok orang. Sontak orang-orang tersebut langsung membantu Martunis dan menyerahkannya kepada media Inggris yang kebetulan sedang meliput di sana. Dalam sekejap, wajah kecil Martunis dan sedang mengenakan jersey timnas sepak bola Portugal bernomor punggung 10 dan bernama Rui Costa beredar di televise Eropa. Hal ini membuat beberapa punggawa Timnas Portugal seperti, Luis Figo, Nuno Gomez, Cristiano Ronaldo dan pelatih Portugal kala itu, Luiz Felipe Scolari merasa iba.
Ronaldo pun langsung ke Indonesia untuk menemui Martunis yang ketika itu masih berumur 8 tahun. Namun semua orang bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang bocah 8 tahun bisa bertahan hidup selama 21 hari dari bencana alam yang begitu kejam? Dan bagaimana ceritanya Martunis bisa sampai memakai jersey Timnas Portugal?
Martunis pun berkisah bahwa pada hari Minggu, 26 Desember 2004, ia berencana untuk bermain sepakbola di lapangan kampungnya. Karena itulah ia mengenakan jersey timnas Portugal yang sudah dibelinya di Banda Aceh. Tiba-tiba datanglah gelombang Tsunami itu. Martunis saat itu bersama ibu, kakak dan adiknya menumpang sebuah mobil pick-up tetangganya. Pada saat itu, bapaknya masih sedang bekerja di tambak. Saat Tsunami datang, mobil pick-up pun tenggelam. Ibu, kakak dan adik Martunis tak bisa menyelamatkan diri. Sebelum terpisah dengan ibu, kakak dan adiknya, Martunis sempat menarik lengan adiknya namun tangan mungilnya kalah oleh arus tsunami yang deras. Ibu, kakak dan adiknya pun hilang terseret arus gelombang tsunami, sehingga berpisah selamanya dengannya. Martunis selamat setelah meraih sepotong kayu, lalu terapung-apung. Kemudian dia berpindah ke kasur yang melintas di dekatnya, tapi nahas, kasur itupun tenggelam. Lalu ia memanjat sebatang pohon untuk bertahan hidup. Dia selamat setelah terseret arus tsunami yang kembali lagi ke laut dan terdampar di kawasan rawa-rawa dekat makam Teungku Syiah Kuala.
Kisah perjuangan Martunis itu membuat Ronaldo terenyuh. Ia pun langsung membawa Martunis ke Portugal dan mengangkatnya sebagai anak asuh.
Martunis Memamerkan Jersey Pemberian Ronaldo |
Kini 10 tahun telah berlalu. Ronaldo masih mengenang pertemuannya dengan Martunis itu. "Sudah hampir 10 tahun lalu semenjak saya bertemu dengan Martunis yang berani. Kini ia berusia 18 tahun. Ia mampu bertahan dari tsunami yang terjadi di Samudra Hindia. Sebuah tim menemukannya di Banda Aceh. Saya ikut berduka dengan mereka yang telah meninggal akibat kejadian tersebut. Saya kagum pada tekad para anak-anak yang terus bertahan. Saya berterima kasih pada semua yang sudah membantu," tulis Ronaldo di akun sosial media miliknya, sebagaimana dilansir oleh bola.net.
Sang CR7 yang seringkali kita sebut arogan ini telah membantu seorang anak kecil yang kehilangan seluruh keluarganya. Ia juga seringkali melakukan kegiatan amal untuk membantu orang yang tidak mampu. Saya bukan fans Real Madrid dan bukan fans Manchester United, jadi tulisan ini bukan untuk menyanjungnya. Inilah realitas. Bila kita—penggemar sepak bola—‘mengatai’ dia arogan, apa yang sudah kita lakukan untuk orang di sekitar kita?
Jember, 27 Desmber 2014
Aditya Prahara
Aditya Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar