Aku mengajaknya jalan-jalan di
taman kota. Ia menerima. Kami berbincang-bincang ke sana ke mari. Sesekali
kudapati ia tertawa terbahak-bahak mendengar ceritaku. Begitupun sebaliknya.
Sekarang saatnya untuk mengatakan
yang sejujurnya padanya.
“Hei, gadisku,” kataku.
“Kau panggil aku ‘gadisku’?”
“Iya. Keberatan?”
Ia tersenyum saja.
“Ehm, sudah lama kupendam perasaan
cinta padamu. Maukah jadi kekasihku?” ujarku blak-blakan.
Ia tersenyum lagi. “Maaf.”
“Apa itu sebuah penolakan?”
Ia masih tersenyum lalu mengangguk
pelan. Aku terpaku, masih belum bisa menerima kenyataan ini. Tapi tiba-tiba
saja ia mencium pipiku. Aku terkejut. Aku mengerutkan dahi, tanda ingin
penjelasan.
“Aku menyayangimu, tapi aku tak
ingin jadi kekasihmu. Maaf,” jelasnya.
Jember, 15 Juni 2011
Aditya Prahara
Di Ruang Kelas, Ketika Ada Futsal di Sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar