Senin, 18 November 2013

Mimpi Buruk yang Indah


Aku mengajaknya jalan-jalan di taman kota. Ia menerima. Kami berbincang-bincang ke sana ke mari. Sesekali kudapati ia tertawa terbahak-bahak mendengar ceritaku. Begitupun sebaliknya.

Sekarang saatnya untuk mengatakan yang sejujurnya padanya.

“Hei, gadisku,” kataku.

“Kau panggil aku ‘gadisku’?”

“Iya. Keberatan?”

Ia tersenyum saja.

“Ehm, sudah lama kupendam perasaan cinta padamu. Maukah jadi kekasihku?” ujarku blak-blakan.
Ia tersenyum lagi. “Maaf.”

“Apa itu sebuah penolakan?”

Ia masih tersenyum lalu mengangguk pelan. Aku terpaku, masih belum bisa menerima kenyataan ini. Tapi tiba-tiba saja ia mencium pipiku. Aku terkejut. Aku mengerutkan dahi, tanda ingin penjelasan.

“Aku menyayangimu, tapi aku tak ingin jadi kekasihmu. Maaf,” jelasnya.

Jember, 15 Juni 2011
Aditya Prahara

Di Ruang Kelas, Ketika Ada Futsal di Sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar