Selama
liburan, saya tidak pergi ke mana-mana. Saya hanya di rumah saja selama kurang
lebih dua minggu ini.
Sebenarnya
saya punya rencana untuk berlibur ke pulau dewata. Saya mengajak teman seorang
teman saya ke sana menaiki sepeda motor saja. Sayangnya, saya masih belum
memiliki SIM. Lebih mengecewakan lagi ketika lbur datang, teman saya telah
berangkat dahulu dengan menggunakan bus.
Ketika saya
mengutarakan niat saya pada teman saya, ia terlihat tertarik. Ia bilang pada
ibunya. Tapi ibunya tidak setuju. Ibunya lebih suka kami menaiki bus. Begitu
juga dengan ibu saya. Ia lebih setuju bila kami menaiki bus saja.
Saya merasa
hal itu kurang menantang bagi saya. Jadi, saya sendiri agak kecewa saat itu.
Lantas,
saya berencana ke Jogja. Waktu itu saya membaca akun twitter seorang tokoh yang
sering mampir di layar kaca, Butet Kartarejasa, yang mengatakan bahwa ia sedang
ada di warung Bu Ageng di Jogja. Saya tertarik untuk ke sana. Ingin rasanya
mengobrol dengannya. Tapi, saya tidak yakin untuk ke sana. Bila tujuan saya
hanya untuk ingin mengobrol dengannya, untuk apa. Akhirnya, saya juga
membatalkannya.
Selama dua
minggu ini saya pulang ke rumah. Tak ada yang spesial. Ayah menawarkan untuk
berlibur di pantai pasir putih Situbondo, tapi saya tidak mau. Saya ingin
menemani simbah di rumah.
Setiap
hari, saya hanya di rumah. Dan setiap hari pula, radio dan televisi meneriakkan
lagu-lagu cinta. Saya muak mendengar lagu cinta. Tapi, jangan kau tafsirkan aku
sedang patah hati atau apa. Aku cuma merasa bosan dengan perkembangan musik
Indonesia.
Apa tidak
ada generasi musisi baru yang nantinya akan membawakan lagu macam Slank atau
Iwan Fals? Lagu cinta terlalu memuakkan sehingga saya harus pergi ke kamar
mandi untuk memuntahkan suara lagu cengeng yang saya dengar. Para musisi baru
lebih suka berteriak seiring dengan perkembangan jaman. Apakah saya dapat
mengatakan bahwa mereka tidak idealis?
Mereka cuma
memikirkan pasar dan uang. Ketika muncul band-band pop baru, semua orang bikin
band. Dan ketika muncul boyband dan girlband, semua orang juga
berbondong-bondong ikut-ikutan. Sampai kapan kita hanya ikut suara mayoritas
atau mengikuti sesuatu tanpa kita tahu alasannya.
Tapi coba
kita tengol dengan apa yang terjadi dengan Iwan Fals dan Slank. Sangat luar
biasa. Mereka memiliki fans yang sangat luar biasa. Bendera Slank yang
dikibarkan oleh Slankers—sebutan fans Slank—selalu ada di konser musik apapun.
Padahal Slank tidak ikut konser. Begitupun dengan Iwan Fals, rakyat Indonesia
pasti akan sangat masih ingat dengan penyanyi yang terkenal lewat lagunya yang
berjudul ‘Oemar Bakrie’ ini. OI atau Orang Indonesia—sebutan fans Iwan
Fals—juga masih terdengar suaranya sampai sekarang.
Musik
memang bersifat menghibur. Tapi apalah arti seni bila cuma menghibur. Cobalah
kita manfaatkan musik untuk mengkritik sesuatu. Dan saya lihat, beberapa lagu
yang sangat luar biasa, biasanya tidak dimengerti oleh kebanyakan orang.
Orang-orang terlalu menelan mentah-mentah lagu yang mereka dengarkan. Saya
yakin dalam setiap karya seni memiliki makna dan cerita masing-masing. Tapi
sayang bila makna dan cerita itu disalah-artikan. Tapi sayang bila makna dan
cerita itu terlalu mudah dimengerti.
Radio dan
Televisi masih terus mengumandangkan lagu cinta. Selama dua minggu saya
mendengar lagu cinta. Dan selama dua minggu pula, saya bolak-balik kamar mandi
untuk memuntahkan suara lagu cengeng yang saya dengar.
Jember, 7
Januari 2012
Aditya
Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar