Selasa, 19 November 2013

Libur Kali Ini


Selama liburan, saya tidak pergi ke mana-mana. Saya hanya di rumah saja selama kurang lebih dua minggu ini.

Sebenarnya saya punya rencana untuk berlibur ke pulau dewata. Saya mengajak teman seorang teman saya ke sana menaiki sepeda motor saja. Sayangnya, saya masih belum memiliki SIM. Lebih mengecewakan lagi ketika lbur datang, teman saya telah berangkat dahulu dengan menggunakan bus.

Ketika saya mengutarakan niat saya pada teman saya, ia terlihat tertarik. Ia bilang pada ibunya. Tapi ibunya tidak setuju. Ibunya lebih suka kami menaiki bus. Begitu juga dengan ibu saya. Ia lebih setuju bila kami menaiki bus saja.

Saya merasa hal itu kurang menantang bagi saya. Jadi, saya sendiri agak kecewa saat itu.

Lantas, saya berencana ke Jogja. Waktu itu saya membaca akun twitter seorang tokoh yang sering mampir di layar kaca, Butet Kartarejasa, yang mengatakan bahwa ia sedang ada di warung Bu Ageng di Jogja. Saya tertarik untuk ke sana. Ingin rasanya mengobrol dengannya. Tapi, saya tidak yakin untuk ke sana. Bila tujuan saya hanya untuk ingin mengobrol dengannya, untuk apa. Akhirnya, saya juga membatalkannya.

Selama dua minggu ini saya pulang ke rumah. Tak ada yang spesial. Ayah menawarkan untuk berlibur di pantai pasir putih Situbondo, tapi saya tidak mau. Saya ingin menemani simbah di rumah.

Setiap hari, saya hanya di rumah. Dan setiap hari pula, radio dan televisi meneriakkan lagu-lagu cinta. Saya muak mendengar lagu cinta. Tapi, jangan kau tafsirkan aku sedang patah hati atau apa. Aku cuma merasa bosan dengan perkembangan musik Indonesia.

Apa tidak ada generasi musisi baru yang nantinya akan membawakan lagu macam Slank atau Iwan Fals? Lagu cinta terlalu memuakkan sehingga saya harus pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan suara lagu cengeng yang saya dengar. Para musisi baru lebih suka berteriak seiring dengan perkembangan jaman. Apakah saya dapat mengatakan bahwa mereka tidak idealis?

Mereka cuma memikirkan pasar dan uang. Ketika muncul band-band pop baru, semua orang bikin band. Dan ketika muncul boyband dan girlband, semua orang juga berbondong-bondong ikut-ikutan. Sampai kapan kita hanya ikut suara mayoritas atau mengikuti sesuatu tanpa kita tahu alasannya.

Tapi coba kita tengol dengan apa yang terjadi dengan Iwan Fals dan Slank. Sangat luar biasa. Mereka memiliki fans yang sangat luar biasa. Bendera Slank yang dikibarkan oleh Slankers—sebutan fans Slank—selalu ada di konser musik apapun. Padahal Slank tidak ikut konser. Begitupun dengan Iwan Fals, rakyat Indonesia pasti akan sangat masih ingat dengan penyanyi yang terkenal lewat lagunya yang berjudul ‘Oemar Bakrie’ ini. OI atau Orang Indonesia—sebutan fans Iwan Fals—juga masih terdengar suaranya sampai sekarang.

Musik memang bersifat menghibur. Tapi apalah arti seni bila cuma menghibur. Cobalah kita manfaatkan musik untuk mengkritik sesuatu. Dan saya lihat, beberapa lagu yang sangat luar biasa, biasanya tidak dimengerti oleh kebanyakan orang. Orang-orang terlalu menelan mentah-mentah lagu yang mereka dengarkan. Saya yakin dalam setiap karya seni memiliki makna dan cerita masing-masing. Tapi sayang bila makna dan cerita itu disalah-artikan. Tapi sayang bila makna dan cerita itu terlalu mudah dimengerti.

Radio dan Televisi masih terus mengumandangkan lagu cinta. Selama dua minggu saya mendengar lagu cinta. Dan selama dua minggu pula, saya bolak-balik kamar mandi untuk memuntahkan suara lagu cengeng yang saya dengar.

Jember, 7 Januari 2012

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar