Rabu, 20 November 2013

Kunci


“Aku butuh kunci, bang,” ujarnya.
“Buat apa?” tanyaku.
“Untuk membuka pintu itu.”
“Kau tak punya kunci?”
“Makanya kubilang pada abang.”
“Kenapa tak kau dobrak saja?”
“Ah, abang. Itu bukan caranya seorang terpelajar?”
“Maksudmu?” Aku mengeryitkan dahi.
“Aku tak boleh memaksa.”
“Kau butuh betul?”
“Iya, bang.”
“Ya dobrak saja,” paksaku.
“Kan sudah kubilang.”
“Tak mau mendobraknya?”
“Tidak.”
“Padahal kau butuh masuk lewat pintu itu?”
“Iya.”
“Sekarang?”
“Sekarang juga, bang! Ini mendesak!” teriaknya.
“Dengar. Kita sedang tak bicara Matematika. Kita sedang tak bicara mengenai bahasa yang konsisten. Seorang terpelajar bukan terpacu atau silau akan kalimat yang penuh bualan. Mengerti?” jelasku.
Ia diam.
Surabaya, 5 September 2012

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar