Dahulu kala, hiduplah seorang pertapa sakti yang bernama Ki Tuwo. Ki Tuwo tinggal di tengah hutan, jauh dari pemukiman. Ia sering sekali bersemedi untuk mendapatkan kesaktian.
Ki Tuwo juga mempunyai peliharaan, yakni Air dan Api. Air dan Api masing-masing diberi tugas sendiri oleh Ki Tuwo. Air diberi tugas oleh Ki Tuwo untuk menyiram setiap tumbuhan di dalam hutan. Sedangkan Api diberi tugas untuk menghangatkan tubuh Ki Tuwo di malam hari.
Suatu hari, Api sedang berada di hutan bersama Air. Dengan sombong ia berkata, “Hei, Air, kau itu tak bisa apa-apa. Lihat aku. Aku bisa membakar hutan ini. Kau tak mungkin bisa. Kau hanya bisa membasahi saja. Sedangkan aku pun bisa membakar dunia ini. Aku bisa menguasai dunia dan dunia ini bisa menjadi milikku.”
“Jangan sombong Api. Aku memang tak bisa membakar hutan. Itu hanya akan merugikan saja. Aku malah bisa menyuburkan tanaman yang ada di hutan. Mereka membutuhkanku untuk tetap hidup,” balas Air.
“Halah. Kau pun bisa merugikan juga. Tak kau lihat banjir sering terjadi di mana-mana? Itu akibat ulahmu,” ujar Api tak mau kalah.
“Hei. Itu bukan salahku. Itu salah manusia yang tidak menjaga lingkungan,” balas Air tak mau kalah. Air lalu beranjak mau menyentuh Api. Tapi dengan gesit Api bisa menghindar. Api pun berlari dengan kencang meninggalkan Air.
Suatu ketika, Ki Tuwo memanggil Air dan Api.
“Air dan Api. Kuperhatikan kalian selalu saja bertengkar. Ada apa?”
“Dia selalu menjelekkanku, Ki,” kata Api. Air diam saja.
“Benar begitu, Air?” tanya Ki Tuwo pada Air.
“Untuk apa saya menjelekkan, Api?” kata Air balik bertanya. Air lalu berusaha menyentuh Api. Tapi Api dengan lincah cepat menghindar.
“Kau tak boleh berbohong, Api,” kata Ki Tuwo bijak.
“Ah, tidak, Ki. Saya tidak berbohong. Saya hanya bilang bahwa saya bisa menguasai dunia.”
“Bagaimana caranya?” tanya Ki Tuwo heran.
“Dengan membakar dunia, Ki.”
Ki Tuwo tertawa mendengar ucapan Api. “Baiklah. Begini saja. Untuk membuktikan siapa yang bisa menguasai dunia, kalian harus bertarung. Bagaimana?”
Air hanya diam. Tapi Api terlihat khawatir. “Wah, apa tidak ada cara lain, Ki?” tanya Api.
“Memangnya kamu maunya apa?”
“Ya sudahlah.”
Air dan Api pun siap bertarung. Tapi air terlihat ketakutan. Pertarungan pun dimulai. Api berlari menghindar dari Air. Api berlari ke sana ke mari menembus rimba. Lambat laun hutan terbakar. Air jadi cemas karena Api tidak terkejar. Air memikirkan cara untuk menghentikan Api. Ia jadi semakin cemas, karena hampir sebagian hutan telah terbakar, dan Api sudah jauh meninggalkan Air. Sebaiknya Air menyelamatkan hutan yang terbakar sambil memikirkan cara yang tepat untuk menghentikan Api.
Akhirnya Air menemukan ide. Ia berteriak sekencang-kencangnya. “Api! Aku menyerah. Kuakui kaulah penguasa dunia.” Api tak kunjung muncul. “Ayolah. Kau kuakui sebagai raja. Aku akan tunduk padamu!” teriak Air.
Tiba-tiba saja, Api dengan cepat muncul menghampiri Air. “Benarkah kau mau menyerah?”
“Iya. Aku akan tunduk padamu.”
“Bagus. Sekarang bersujudlah dihadapanku,” kata Api dengan sombong. Air bersujud pada Api. Tanpa diduga-duga. Air menyentuh sebagian Api. Tapi Api cepat menghindar sebelum ia musnah.
“Hei, Air. Apa yang kaulakukan?”
“Memusnahkanmu.” Air cepat-cepat ingin mengejar Api. Dan Api hampir terkejar.
“Baiklah. Aku yang menyerah. Aku yang akan tunduk padamu. Tapi, jangan sentuh aku. Kumohon. Aku bisa musnah bila kau sentuh,” ujar Api mengiba.
Air tersenyum senang lalu kembali menghampiri Ki Tuwo bersama Api. “Kau memang hebat, Air. Sekarang tugasmu adalah menyelamatkan hutan-hutan yang terbakar oleh Api. Dan kutugaskan kau untuk menyirami hutan setiap hari agar bisa kembali seperti sedia kala.”
“Baik, Ki,” balas Air patuh.
“Dan kau Api, jangan sekali-kali berbuat macam-macam. Tugasmu itu menghangatkan tubuhku dari dingin, bukan membakar hutan atau malah menguasai dunia.”
“Maafkan saya, Ki, Saya janji tidak akan berbuat macam-macam lagi.”
Air melaksanakan tugasnya dengan baik setiap hari. Begitu juga dengan Api. Dan kini Api sadar bahwa Air dan Api memiliki kegunaan masing-masing.
Jember, 18 Juni 2011
Aditya Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar