Rabu, 20 November 2013

Jancuk yang Setia


Ya ampun, lagi-lagi jancuk menghiasi tulisan saya lho. Why? Why? Why? Hmm, saya sedang mengalami sesuatu hal membuat saya mengelus-elus dada. Gerangan apakah hal tersebut.

Berawal dari laptop saya yang sedang error. Nah, ini salah satu bentuk kekesalan saya pada windows. Gegara anti-virus, data-data saya banyak yang hilang. Anti-virus yang luar biasa kurang ajar itu mendeteksi beberapa data-data saya sebagai virus. Jadi, beberapa data saya hilang. Raib. Entah kemana.

Nah, lantaran saya betul sebal, saya ingin mengganti OS laptop saya dari windows menjadi ubuntu. Hmm, ubuntu itu cukup asing sesungguhnya bagi saya. Tapi saya tak ingin windows mengacak-acak segalanya. Pokoknya dalam pandangan saya windows telah merenggut sesuatu yang berharga dalam hidup saya.

Saya meminjam cd OS ubuntu pada salah sorang teman kos saya yang pandai IT. Saya bilang padanya bahwa saya hendak meng-install-nya sendiri. Dia sempat meragukan kapasitas saya dengan menawarkan diri untuk meng-install-kan ubuntu pada laptop saya. Namun pada akhirnya dia rela saya meng-install sendiri.

Nah, ini pengalaman pertama saya meng-install OS. Saya tak tahu apa. Dalam pandangan saya, saya ya harus menuruti semua petunjuk yang ada di dalamnya. Tapi ketika masuk dalam bagian partisi disk, saya kebingungan. Saya utek-utek dengan harapan nantinya dapat saya gunakan. Nanging, ternyata saya tak dapat menemui hasil yang memuaskan. Akhirnya saya keluarkan lagi cdnya. Saya angkat tangan dengan menyerahkan cd ubuntu pada teman saya, dan saya memintanya meng-install-kan laptop saya.  Dan dia tertawa lebar. Sial.

Dia meng-install windows. Saya kembali ke kamar kos saya sendiri. Makan siang di dalamnya. Setelah selesai saya ke kamar teman saya itu. Dia bangga berhasil memecahkan masalah saya. Saya juga rela deh menggunakan windows lagi. Yang penting laptop saya dapat dipakai untuk menulis. Itu sangat penting bagi saya.

Nah, ketika membuka laptop dan masuk windows, saya kaget setengah mati. Disk D (tempat menyimpan data) hilang. Raib. Saya hampir menangis, karena semua data saya ada di sana. Tapi teman saya sangat tahu kebutuhan saya. Ia pun berusaha agar disk itu terketemukan.

“Oh, ini ada disknya, mas. Cuma nggak ditunjukin. Aku tunjukin bias kok,” ujarnya.

Saya tersenyum lagi. Tapi senyum saya berubah jadi murung kala melihat air muka teman saya berubah.

“Kenapa?” Tanya saya.

“Disknya nggak bias ditunjukin.” Ia diam. Bayangkan semua data saya; tulisan, musik, foto, video, films, data sekolah, data diskusi dll ada di sana.

“Hmm, satu-satunya jalan untuk menunjukannya lagi dengan menghapusnya, mas,” ujarnya. Ya sudahlah.
Sepertinya itu memang satu-satunya jalan yang bias ditempuh agar laptop saya dipakai kembali. Ia pun menghapusnya.

“Tapi mas, punya back-up-nya kan?” tanyanya.

“Nggak.”

“Waduh, berarti datanya bener-bener hilang.”

Saya mengangguk. “Saya ikhlas kok.”

Dan saya merasakan seperti memiliki laptop baru. Jancuk dengan setia menghiasi hari saya saat itu.

Ambulu, 23 Juni 2012

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar