Ya ampun, lagi-lagi jancuk menghiasi tulisan saya lho.
Why? Why? Why? Hmm, saya sedang mengalami sesuatu hal membuat saya
mengelus-elus dada. Gerangan apakah hal tersebut.
Berawal dari laptop saya yang sedang error. Nah, ini
salah satu bentuk kekesalan saya pada windows. Gegara anti-virus, data-data
saya banyak yang hilang. Anti-virus yang luar biasa kurang ajar itu mendeteksi
beberapa data-data saya sebagai virus. Jadi, beberapa data saya hilang. Raib.
Entah kemana.
Nah, lantaran saya betul sebal, saya ingin mengganti OS
laptop saya dari windows menjadi ubuntu. Hmm, ubuntu itu cukup asing
sesungguhnya bagi saya. Tapi saya tak ingin windows mengacak-acak segalanya.
Pokoknya dalam pandangan saya windows telah merenggut sesuatu yang berharga
dalam hidup saya.
Saya meminjam cd OS ubuntu pada salah sorang teman kos
saya yang pandai IT. Saya bilang padanya bahwa saya hendak meng-install-nya
sendiri. Dia sempat meragukan kapasitas saya dengan menawarkan diri untuk
meng-install-kan ubuntu pada laptop saya. Namun pada akhirnya dia rela saya
meng-install sendiri.
Nah, ini pengalaman pertama saya meng-install OS. Saya
tak tahu apa. Dalam pandangan saya, saya ya harus menuruti semua petunjuk yang
ada di dalamnya. Tapi ketika masuk dalam bagian partisi disk, saya kebingungan.
Saya utek-utek dengan harapan nantinya dapat saya gunakan. Nanging, ternyata
saya tak dapat menemui hasil yang memuaskan. Akhirnya saya keluarkan lagi
cdnya. Saya angkat tangan dengan menyerahkan cd ubuntu pada teman saya, dan saya
memintanya meng-install-kan laptop saya. Dan dia tertawa lebar. Sial.
Dia meng-install windows. Saya kembali ke kamar kos saya
sendiri. Makan siang di dalamnya. Setelah selesai saya ke kamar teman saya itu.
Dia bangga berhasil memecahkan masalah saya. Saya juga rela deh menggunakan
windows lagi. Yang penting laptop saya dapat dipakai untuk menulis. Itu sangat
penting bagi saya.
Nah, ketika membuka laptop dan masuk windows, saya kaget
setengah mati. Disk D (tempat menyimpan data) hilang. Raib. Saya hampir menangis,
karena semua data saya ada di sana. Tapi teman saya sangat tahu kebutuhan saya.
Ia pun berusaha agar disk itu terketemukan.
“Oh, ini ada disknya, mas. Cuma nggak ditunjukin. Aku
tunjukin bias kok,” ujarnya.
Saya tersenyum lagi. Tapi senyum saya berubah jadi murung
kala melihat air muka teman saya berubah.
“Kenapa?” Tanya saya.
“Disknya nggak bias ditunjukin.” Ia diam. Bayangkan semua
data saya; tulisan, musik, foto, video, films, data sekolah, data diskusi dll
ada di sana.
“Hmm, satu-satunya jalan untuk menunjukannya lagi dengan
menghapusnya, mas,” ujarnya. Ya sudahlah.
Sepertinya itu memang satu-satunya jalan yang bias
ditempuh agar laptop saya dipakai kembali. Ia pun menghapusnya.
“Tapi mas, punya back-up-nya kan?” tanyanya.
“Nggak.”
“Waduh, berarti datanya bener-bener hilang.”
Saya mengangguk. “Saya ikhlas kok.”
Dan saya merasakan seperti memiliki laptop baru. Jancuk
dengan setia menghiasi hari saya saat itu.
Ambulu, 23 Juni 2012
Aditya Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar