Rabu, 20 November 2013

Jancuk dan Asu


Pengantar:

Wah saya ndak tahu ini harus ngomong apa. Soalnya saya mesti kekel tiap mau baca apa yang akan saya tulis ini. Jadi gini, yang hendak Anda baca di sini sebenarnya sebuah lirik lagu. Saya amat menyukai lagu dari Koes Plus yang berjudul ‘Manis dan Sayang’. Setiap saya main gitar, seolah lagu ini adalah lagu wajib untuk saya mainkan. Lha, karena lagu ini, saya jadi terinspirasi untuk memlesetkan lagu ini jadi sebuah lagu yang esip. Anda mau menyebutnya sajak juga ndak papa kalau ndak tahu lagu aslinya. Kalau tahu lagu ‘Manis dan Sayang’, yang cobalah dinyanyikan.

Tapi untuk menyebutnya sebuah sajak ya nggak pantas juga, karena sangat blak-blakan (kayak judul lagunya Sujiwo Tejo), be transparent. Bila menyebutnya sajak ya sangat ndak puitis karena terkesan vulgar. Riffattere mendefinisikan sajak sebagai ‘mengatakan sesuatu artinya lain’. Definisi yang tidak cocok dengan sajak ini yang amat terang dan tidak sembunyi-sembunyi. Tapi ya sebut saja demikian lah.

Coba simak:

Anggota DPR korupsi
Jancuk, jancuk, jancuk
Anggota DPR ngelonte
Asu, asu, asu

Alangkah jancuknya kamu
Kamu nyolong uang rakyat
Alangkah asunya kamu
Kamu memang orang bejat

Kamu tidur waktunya rapat
Jancuk, jancuk, jancuk
Bentleymu hasil dari korup
Asu, asu, asu

Alangkah jancuknya kamu
Mata ndasmu itu asu
Alangkah asunya kamu
Neraka itu tempatmu

Bagaimana? Apa menurut Anda ada unsur SARA? Kalau ada yang mohon maaf. Kan ini cuma suara rakyat. Wakil rakyat kan mesti nurut sama rakyat kan, cuk.

Jember, 10 Maret 2012

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar