Sekolah sudah usai. Teman-teman di kelas ada yang masih asyik ngobrol. Ada yang asyik dengan laptopnya yang kutaksir sedang asyik browsing. Ada pula bebarapa orang siswi yang sedang memelototi sebuah laptop sampai lupa mengedipkan matanya yang kutaksir mereka sedang menonton film, tentu bukan bokep. Ada pula yang malah asyik bermain bola di dalam kelas. Tapi aku tak tertarik dengan semua itu. Aku memutuskan untuk pulang saja. Aku ingin istirahat.
Aku merapikan buku-bukuku yang masih ada di laci bangkuku dan kumasukkan ke dalam tas. Lantas kurogoh tasku untuk mencari kunci motor. Setelah dapat, aku melangkahkan kaki untuk segera pulang.
“Balik dhisik, rek. Assaalmualaikum,” pamitku pada teman-teman di kelas. Sebagian menjawab salamku, sebagian cuek.
Aku terus melangkahkan kaki menuju tempat parkir. Ada banyak sekali siswa di tempat parkir ini yang sibuk mengeluarkan motornya dari jebakan parkiran. Sesekali kulihat beberapa pasang kekasih yang sedang mesra berboncengan. Aku langsung menuju tempat motorku di parkir. Kumasukkan kunci motorku segera kustarter dan langsung cabut. Keluar dari gerbang aku melihat beberapa siswa sedang duduk menunggu jemputan. Ada dua orang satpam yang sedang membantu beberapa siswa mengatur lalu lintas di depan sekolah demi kelancaran siswa menyebrang jalan. Seorang yang berkumis tebal bernama Sadi dan seorang lainnya terlihat lebih muda tapi tak berkumis bernama Agus.
“Balik dhisik, Pak, Mas,” tegurku pada keduanya.
“Yo, ati-ati,” balas Mas Agus. Pak Sadu mungkin tak mendengar teguranku.
Aku langsung mempercepat laju motorku. Jalanan agak basah karena hujan baru saja reda. Aku agak memelanku laju motorku karena kondisi jalan ini. Selagi memelankan laju motorku, aku melihat sebuah mobil pikap menyalip motorku. Di bagian bak mobil pikap ada 4 orang siswa SMP sedang telanjang kaki dan memegang sebuah kantong plastik masing-masing. Kutaksir isinya tas dan sepatu, mengingat hujan baru reda tentu mereka sudah sedia payung sebelum hujan. Dari pada tas dan sepatu mereka basah, lebih baik dibungkus kantong plastik. Tapi cuma satu yang membuatku tertarik. Mengapa mereka naik pikap?
Pasti mereka nebeng di pikap tersebut. Asyik juga ya, membayangkan mereka mencegat mobil pikap untuk dapat tumpangan. Setiap hari pergi sekolah dengan nebeng. Pasti jika sudah tua itu akan menjadi kenangan tersendiri.
Hal ini sudah bukan tontonan asing bagiku. Aku sering melihat beberapa siswa SMP di perempatan jalan yang biasanya menunggu ada mobil pikap untuk bisa ditumpangi. Ini pengalaman yang unik. Jelas sangat berbeda dengan siswa yang pergi ke sekolah dengan kendaraan pribadi. Mengendarai kendaraan pribadi terkesan kurang ada tantangan, atau bisa dibilang manja. Coba bayangkan, apa yang mesti mereka lakukan bila tidak dapat tumpangan? Apakan pikiran ini pernah mampir di pikiran kita? Aku cuma melihat segi keasyikan dan keunikan hal ini. Karena akan beda rasanya pergi sekolah dengan kendaraan pribadi dan nebeng. Selain itu, dengan nebeng kita kan jadi bisa berinteraksi dengan banyak orang. Hal ini pula yang membuatku berani mencentang kata unik dan asyik.
Melihat fenomena ini, ingatanku kembali pada masa aku masih SMP. Rumahku ada di desa. Jarak dari rumah ke sekolahku sekira 6 km, dan itu kutempuh dengan mengayuh sepeda. Iya sepeda, sepeda pancal, bukan sepeda motor.
Sebenarnya aku bisa saja numpang pada ibuku yang seorang guru untuk pergi ke sekolah, tapi ayah melarangku, ayah bilang aku manja, maka aku pun pergi ke sekolah dengan sepeda. Di sisi lain, memang kebanyakan rumah temanku di sekitar rumahku lebih memilih naik sepeda dari pada naik motor atau diantar. Jadi aku tak perlu khawatir tak punya teman ngobrol di jalan. Sambil mengayuh sepeda, aku ngobrol dengan temanku.
Banyak hal bisa kudapat dari bersepeda ke sekolah. Baik tu skul atau Bike to School. Pertama, itu membuat kakiku jadi lebih kuat. Bayangkan saja mengayuh sepeda dalam sehari, minimal mengayuh dengan jarak 12 km. Dengan sepeda inilah aku sekarang mendapatkan tinggi badan 173 cm. Padahal sebelum aku bersepeda ke sekolah, tinggi badanku paling cuma sekira 150-160an cm. Ini juga akan membuat fisikku jadi lebih baik. Karena terbiasa bersepeda, badanku jadi bugar.
Kedua, aku bisa bertemu dengan banyak orang juga. Karena mengendarai sepeda itu dengan kecepatan yang rendah. Berteman dengan banyak orang. Sambil mengayuh sepeda aku bisa melihat pemandangan indah di desa. Melihat hijaunya sawah. Melihat pemandangan yang jelas langka bahkan mungkin tidak ada di kota.
Ketiga, aku bisa berpetualang. Tak jarang aku sering terlambat sekolah gara-gara aku asyik menjelajahi jalanan. Aku jelas tak ingin menempuh jalan yang sama, karena itu akan membuatku jenuh. Mungkin waktu yang tepat adalah sepulang sekolah saja supaya aku lebih leluasa menjelajahi, sawah, sungai, jembatan, dan sebagainya.
Melihat 4 siswa SMP yang nebeng di sebuah pikap tadi membuatku berpikir, ternyata ada pengalaman pergi sekolah yang lebih menarik dari pada pengalamanku pergi sekolah dengan mengendarai sepeda. Asyik dan unik banget, cuk! Asu!
Jember, 23 November 2011
Aditya Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar