Musim ini Premier League telah
usai. Hasil mengejutkan dan tercatat dalam sejarah dengan melahirkan juara baru
yakni, Leicester City. Namun, EPL masih menyisakan satu pertandingan antara
Manchester United vs Bournemouth. Sebenarnya pekan terakhir EPL selalu
diselenggarakan dalam waktu yang bersamaan, nama laga pamungkas pasukan Setan
Merah harus ditunda karena adanya paket yang mencurigakan.
Laga pamungkas Manchester City
musim ini adalah pekan terakhir di EPL menghadapi Swasnsea. Hasil imbang 1-1
menghiasi laga itu. Dengan demikian, The
Citizens mengumpulkan 66 poin dari 38 pertandingan dan finish di peringkat empat, yang artinya City berhak untuk tampil di
Liga Champions musim depan melalui play-off.
Hasil ini cukup untuk menutup
peluang Manchester United untuk bisa tampil ke kompetisi paling bergengsi di
benua biru itu, karena dengan hanya menyisakan satu laga, mereka mengoleksi 63
poin. Artinya, jika United menang sekalipun, poin yang dimilikinya sama dengan
rival sekotanya, akan tetapi City lebih unggul selisih gol.
Manchester City musim depan akan
memiliki pelatih baru, Pep Guardiola, menggantikan pelatih yang menorehkan
prestasi yang cukup bagus, Manuel Pellegrini.
Bukan! Pellegrini pergi dari City
bukan karena dipecat. Bukan pula karena ada tawaran yang lebih menarik dari
klub milik taipan asal UEA itu. Melainkan karena jajaran petinggi klub memang
menginginkan Pep Guardiola, pelatih kondang asal Spanyol itu untuk melatih Si
Biru Langit. Dengan berbagai raihan menakjubkan yang dicapai Guardiola bersama Barcelona
dan Bayern, Guardiola adalah pelatih yang banyak diperebutkan oleh klub raksasa
Eropa. Sebut saja Chelsea dan Manchester United yang notabene saingan
Manchester City di EPL begitu kepincut untuk mendapatkan tanda tangan mantan
kapten Barcelona. Setelah diumumkan akan melatih City musim depan pada medio
Februari lalu, peminat Guardiola terpaksa harus gigit jari.
Chelsea sendiri sudah mendapatkan
pelatih baru untuk musim depan yakni Antonio Conte. Musim ini adalah musim yang
buruk bagi klub London Barat itu. Menjalani musim ini dengan status juara
bertahan, Chelsea tidak menunjukkan kegarangan laiknya musim fantastis yang
luar biasa bersama Jose Mourinho musim lalu. Walhasil, Mourinho pun dipecat di
tengah-tengah musim. Guus Hiddink pun tampil sebagai pelatih interim. Namun,
sepertinya Hiddink tidak dapat berbuat banyak dengan skuat yang tidak
melihatkan kekompakan tim dalam bermain seperti The Blues ini.
Apesnya, Manchester United masih
juga kebingungan. Setelah ditinggal pensiun oleh pelatih legendaris asal
Skotlandia, Sir Alex Ferguson (angkat topi untuk Fergie), klub ini laiknya
harimau yang kebingungan mencari taringnya. Tak ada lagi kekaguman untuk United
yang sekarang. Meski sudah merekrut pelatih kondang lain, Louis Van Gaal, United
masih juga tidak menjadi ancaman berarti bagi klub-klub besar EPL. Musim ini
salah satu contohnya. Namun, kabarnya, Mourinho akan mengantikan posisi Van
Gaal sebagai pelatih di Old Traffold. Kabar ini pun masih belum jelas juga
kepastiannya.
Jika kita kembali ke Pellegrini,
ini tentu akan jadi drama yang cukup menyedihkan. Pelatih asal Chile ini datang
ke Etihad Stadium pada musim panas 2013 menggantikan Roberto Mancini yang gagal
membawa Manchester City juara di musim sebelumnya. Untungnya, Pellegrini sukses
membawa Vincent Kompany dkk membawa meraih mahkota juara EPL di musim
perdananya tahun 2014. Di musim yang sama, mantan pelatih Real Madrid ini juga
membawa The Citizens menjuarai ajang
Piala Liga. Double winner di musim pertama.
Memasuki musim kedua, racikan
Pellegrini musim kurang ampuh. Terbukti dengan tidak ada satu pun trofi yang
dibawa ke Etihad Stadium. Dan musim ini, yang merupakan musim ketiganya, Pellegrini
kembali membawa City menjadi kampiun Piala Liga. Harapan untuk menjuarai EPL
lagi sempat muncul, tapi inkonsistensi terus menghinggap. Namun, City masih
punya asa menjuarai Liga Champions dengan lolosnya mereka untuk pertama kalinya
ke semi-final. Sayangnya harapan lolos ke final pupus di tangan mantan klub
Pellergini sendiri, Real Madrid dengan skor agregat tipis 1-0.
Tiga trofi dalam tiga musim dan hanya
satu trofi di musim terakhir ini. Pellegrini sudah sempat mengucapkan
perpisahannya di Etihad Stadium dalam pekan ke-37 usai meraih hasil imbang 2-2
melawan Arsenal.
“In three years of working for me here, three wonderful years, unforgettable
years. So all I can not say to the fans. It's thanks for all. I will never
forget you. And most of all, don't change, because this team needs you. I'm
sure next year you will be a very succesfull team in other competition. So,
thanks for all. And I'll see you.”
Demikian ucapan terakhir
Pellegrini diikuti senyuman yang tersungging di bibirnya, seperti video yang
diunggah ke youtube oleh akun resmi Manchester City ini. Publik Etihad Stadium
pun bergemuruh dipenuhi tepuk tangan. Video itu lantas dilanjutkan dengan
menunjukkan catatan perjalanan Pellegrini selama mengasuh pasukan Biru Langit
di layar besar stadion. Di bagian akhir, sang penjaga gawang, Joe Hart sebagai
salah satu ikon klub membalas ucapan terima kasih Pellegrini telah membawa
klubnya menjadi lebih baik.
Rasa-rasanya perpisahan memang
hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, terkadang kita terpaksa untuk pergi
agar sesuatu yang selama kita rawat bisa lebih baik lagi di tangan orang lain.
Semoga Guardiola bisa mengelola klub dan membawa prestasi yang membanggakan
nantinya.
Dan, selamat jalan, Pellegrini.
Terima kasih atas tiga musim yang bagus ini.
Surabaya, 16 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar