Aku berjalan dengan lesu. Tak ada
semangat secuil pun rasanya, Kulihat Hermann menungguku sambil membaca buku.
“Bagaimana?” tanya Hermann.
“Ditolak,” balasku.
Hermann diam. Ia mencoba menghibur
tapi bingung.
“Seharusnya aku bercermin, aku ini tak
pantas dicinta. Tak berpenghasilan tapi merokok. Sekolah tapi tak terpelajar.
Beragama tapi tak sembahyang,” selorohku.
Hermann masih diam.
Tiba-tiba gadis manisku datang
menghampiriku.
“Kun,” katanya, “aku suka
puisi-puisimu.”
Ia langsung pergi meninggalkan
senyuman termanis di dunia. Aku cuma terbengong. Memandang heran, kok ada
bidadari tanpa sayap.
“Sudahlah, Kun. Setidaknya ia
menyukai puisimu, meski kau ditolaknya.”
“Ya, setidaknya aku bisa
membatalkan niat bunuh diriku, paling tidak menundanya.”
Sleman, 24 April 2012
Aditya Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar