Rabu, 20 November 2013

Setidaknya


Aku berjalan dengan lesu. Tak ada semangat secuil pun rasanya, Kulihat Hermann menungguku sambil membaca buku.

“Bagaimana?” tanya Hermann.

“Ditolak,” balasku.

Hermann diam. Ia mencoba menghibur tapi bingung.

“Seharusnya aku bercermin, aku ini tak pantas dicinta. Tak berpenghasilan tapi merokok. Sekolah tapi tak terpelajar. Beragama tapi tak sembahyang,” selorohku.

Hermann masih diam.

Tiba-tiba gadis manisku datang menghampiriku.

“Kun,” katanya, “aku suka puisi-puisimu.”

Ia langsung pergi meninggalkan senyuman termanis di dunia. Aku cuma terbengong. Memandang heran, kok ada bidadari tanpa sayap.

“Sudahlah, Kun. Setidaknya ia menyukai puisimu, meski kau ditolaknya.”

“Ya, setidaknya aku bisa membatalkan niat bunuh diriku, paling tidak menundanya.”

Sleman, 24 April 2012

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar