“Kenapa?”
“Aku hanya
ingin penjelasan darimu.”
“Tak ada
yang lain. Hanya kau yang mencuri hatiku.”
“Aku tak
menanyakan hal itu.”
”Lantas?”
Tiba-tiba ia
menangis. Aku tak tahu harus apa. Ini jelas bukan masalah biasa. Tapi, sungguh,
aku benar-benar tak tahu apa yang ia tangisi. Tangisannya semakin menjadi. Maka
ku peluk dia. Dalam hati aku merutuki diriku sendiri. Kenapa tak ku peluk dia
sedari tadi. Aku berusaha menenangkannya.
Perlahan ia
bangkit dan mengusap air matanya. Ia masih sesenggukan. Ia berusaha mengatur
nafas. Ia memandangku dan aku memandang matanya. Aku terdiam.
“Jadi benar
orang-orang bilang bahwa kau mencuri uang negara?”
Aku terdiam.
Ambulu,
3 Februari 2011
Aditya Prahara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar