Senin, 18 November 2013

Mencuri

“Kenapa?”

“Aku hanya ingin penjelasan darimu.”

“Tak ada yang lain. Hanya kau yang mencuri hatiku.”

“Aku tak menanyakan hal itu.”

”Lantas?”

Tiba-tiba ia menangis. Aku tak tahu harus apa. Ini jelas bukan masalah biasa. Tapi, sungguh, aku benar-benar tak tahu apa yang ia tangisi. Tangisannya semakin menjadi. Maka ku peluk dia. Dalam hati aku merutuki diriku sendiri. Kenapa tak ku peluk dia sedari tadi. Aku berusaha menenangkannya.

Perlahan ia bangkit dan mengusap air matanya. Ia masih sesenggukan. Ia berusaha mengatur nafas. Ia memandangku dan aku memandang matanya. Aku terdiam.

“Jadi benar orang-orang bilang bahwa kau mencuri uang negara?”

Aku terdiam.

Ambulu, 3 Februari 2011

Aditya Prahara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar