Senin, 18 November 2013

Kebutuhan atau Keserakahan


Terkadang, kita tidak menyadari apa yang telah kita lakukan ini sebuah hal yang harus diperhatikan sungguh-sungguh. Memang kedengarannya sangat berlebihan jika saya menulis seperti ini. Pasalnya, orang yang cerdas itu pasti akan berfikir dahulu sebelum bertindak. Tentu saja, orang cerdas tidak akan bertindak gegabah. Kalaupun ia terdesak oleh suatu hal, ia harus tetap dapat mengambil keputusan yang tepat. Ingat, kita bisa tersedak karena terdesak. Ini bukan hal remeh-temeh.
 Manusia ini hidup memiliki banyak kebutuhan. Baik primer, sekunder ataupun mewah. Nah, itu dibahas pada mata pelajaran ekonomi, sekarang kita alihkan sejenak dan kita bahas kebutuhan pada remaja.
Remaja, pada masa ini kita mengalami masa pembelajaran yang cukup serius. Karena, masa ini adalah masa peralihan seorang anak menjadi dewasa. Terlebih lagi, remaja pada zaman kita ini disebut-sebut telah mengalami kemerosotan moral. Ini akibat dari gaya hidup yang serba mewah dan tidak memikirkan akibat dari apa yang akan dilakukan. Bertindak ceroboh salah satu sifat umum remaja zaman sekarang.
Kita sebagai remaja yang baik, haruslah dapat menempatkan diri kita terhadap lingkungan kita. Tindak-tanduk kita akan dilihat dan dinilai oleh orang. Maka di mana kita berada, kita harus bertindak layaknya manusia yang cerdas. Pada masa remaja tentu kita masih banyak belajar. Tapi, pembelajaran kita ada pada kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan kita sebagai pelajar, tak boleh berlebihan. Secukupnya saja. Kekurangan pun jangan sampai, karena itu akan merepotkan kita. Kita tidak boleh hidup dengan enak-enakan sementara di samping kiri dan kanan kita masih banyak orang yang belum makan. Maka, kita harus pandai-pandai mengatur kebutuhan.
Dari segi finansial, rata-rata siswa di sekolah kita berasal dari keluarga menengah ke atas. Keluarga mampu. Saking mampunya, ada yang setiap bulan beli laptop dan handphone. Ini jelas berlebihan. Orang tua kita bekerja untuk kita, anaknya. Mereka bekerja demi anaknya untuk mencukupi kebutuhan, bukan untuk pamer kekayaan atau menghendaki dan menuruti nafsu saja. Seringkali kita lihat contoh keserakahan di sekolah kita. Misal, tidak mau merawat pemberian orang tua dengan baik. Barang-barang seperti laptop, handphone, motor dan sebagainya contohnya. Jika kita menegur orang yang seenaknya memainkan barang berharga itu, mereka hanya menjawab, “Halah, Cuma ini aja. Kalau rusak ya beli lagi.”
Ini kalimat yang cukup menyakitkan. Anak yang seperti itu adalah anak yang tahu diri. Tak hafal pancasila, tak pernah membaca buku, dan tidak tahu mana yang kiri dan mana yang kanan. Berlebihan memang. Tapi setidaknya, keserakahan itu harus dibasmi. Serakah itu tidak baik. Maka, tidak ada lagi kalimat “Halah, Cuma ini aja. Kalau rusak ya beli lagi.”
Kita harus mengubah sikap kita ini. Itu harus kita ubah sekarang, bukan nanti, besok, lusa atau minggu depan. Bersama-sama kita ubah sifat ini. Maka kita akan menjadi pelajar yang cerdas.

Jember, 26 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar